Snapchat Berhenti Promosikan Akun Trump Karena Kekerasan Rasial di AS
Perusahaan media sosial Snap Inc memutuskan tidak mempromosikan akun Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di bagian discover Snapchat. Perusahaan tidak setuju dengan komentar Trump terkait aksi protes menentang rasisme di AS.
Perusahaan menyatakan tidak akan mendukung perilaku rasisme dalam platformnya. "Kami tidak akan memperkuat suara-suara yang memicu kekerasan dan ketidakadilan rasial dengan memberi mereka promosi gratis di Discover," kata perusaahaan dikutip dari CNBC Internasional pada Rabu (3/6).
Hal itu sejalan dengan pernyataan CEO Snap Inc Evan Spiegel kepada karyawannya terkait pernyataan Trump di Twitter mengenai aksi protes menentang rasisme. "Kami tidak bisa mempromosikan akun terkait dengan orang yang memicu kekerasan rasial, apakah mereka melakukannya di dalam atau di luar platform kami," kata Spiegel dalam sebuah memo dikutip dari The New York Times pada Rabu (3/6).
Meski begitu, Snapchat hanya berhenti mempromosikan Trump di bagian Discover . Sedangkan akun Trump tetap akan terlihat di platform tersebut. Bagian Snapchat Discover biasanya diisi oleh konten dari kantor berita, brand, selebritas, dan terkadang politisi seperti Trump.
(Baca: Andalan Trump Redam Kerusuhan di AS, Apa itu Pasukan Garda Nasional?)
(Baca: Blackout Tuesday, Dukungan Industri Musik & Blunder yang Mengikutinya)
Keputusan itu ditanggapi manajer kampanye Trump Brad Parscale yang menyatakan Snap Inc sudah ikut campur dalam urusan pemilu AS. Snap Inc dianggap mendukung kandidat Presiden AS dari Partai Demokrat yang jadi lawan Trump, yakni Joe Biden.
Joe Biden memang masih dipromosikan Snap Inc dalam bagian Discovery. "Snapchat sedang berusaha mencurangi pemilihan 2020, secara ilegal menggunakan dana perusahaan mereka untuk mempromosikan Joe Biden dan menekan Presiden Trump," kata Brad dikutip dari Vox.
Langkah Snap Inc sebenarnya menambah perseteruan Trump dengan perusaahaan media sosial. Sebelumnya, Trump berselisih dengan Twitter atas tindakan perusahaan yang memberikan label cek fakta di beberapa cuitan Trump.
Twitter memberi label cek fakta pada cuitan Trump terkait kemungkinan manipulasi dalam pemungutan suara 2020 dan tuduhan pada mantan politisi Joe Scarborough atas kematian staf kongres Lori Klausutis. Hubungan Trump dan Twitter semakin memanas setelah perusahaan pengembang aplikasi media sosial itu menyembunyikan cuitan Trump soal kerusuhan di Minneapolis.
Dalam cuitannya, Trump memperingatkan para pendemo di Minneapolis yang memprotes pembunuhan warga kulit hitam, George Floyd, oleh perwira polisi kulit putih. Bahkan, ia menyebut para pengunjuk rasa sebagai ‘preman’.
“Para preman ini tak menghormati kenangan akan George Floyd, dan saya tidak akan membiarkan itu terjadi,” kata Trump melalui akun Twitter @realDonaldTrump, pada Jumat (29/5).
Berbeda dengan Snapchat dan Twitter, platform media sosial lain tempat Trump memberikan komentar seperti Facebook tidak mengambil tindakan apapun. Namun Facebook mendapatkan tekanan dari karyawannya sendiri atas sikap itu. Karyawan Facebook mogok kerja secara virtual pada hari Senin (1/6) memprotes sikap perusaahaan.
(Baca: Protes Kematian George Floyd, Tagar #BlackLivesMatter jadi Trending)