Harga Minyak Dunia Stabil Menanti Kejelasan Pemangkasan Produksi OPEC+
Harga minyak dunia bergerak fluktuatif pada perdagangan Jumat (5/6) pagi waktu Indonesia. Pasalnya, pasar masih menanti keputusan dari produsen minyak utama dunia mengenai pemangkasan produksi lanjutan.
Mengutip Bloomberg pada 06.58 WIB, harga minyak jenis Brent untuk kontrak pengiriman Agustus 2020 naik 0,50% menjadi US$ 39,99 per barel. Sedangkan, minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Juli 2020 turun 0,27% ke level US$ 37,31 per barel.
Negara OPEC serta sekutunya yang dipimpin Rusia atau yang sering dikenal dengan OPEC+, sedang berdebat mengenai waktu penyelenggaraan pembicaraan tingkat menteri untuk membahas kemungkinan perpanjangan masa pemangkasan produksi.
Adapun, dua produsen minyak terbesar di dunia yakni Arab Saudi dan Rusia ingin memperpanjang masa pemangkasan produksi 9,7 juta barel per hari (bph) yang disepakati oleh produsen utama pada April. Meski begitu, rencana pertemuan kemarin, Kamis (4/6), tertunda.
(Baca: Pertemuan OPEC+ Hari ini Batal, Harga Minyak Dunia Turun Tipis)
Arab Saudi, Kuwait, dan Uni Emirat Arab tidak berencana untuk memperpanjang pemangkasan tambahan produksi sukarela 1,18 juta barel per hari setelah Juni. Hal ini berarti pasokan minyak mentah bisa naik bulan depan apapun keputusan OPEC+.
“OPEC tampaknya akan dibenci jika mereka melakukannya ataupun tidak, terkait rencana perpanjangan pemangkasan produksi jangka pendek,” kata Presiden Ritterbusch and Associates Jim Ritterbusch dilansir dari Reuters.
Menurut sumber, kekhawatiran tentang kebangkitan produksi shale oil AS, menjadi salah satu alasan kenapa Rusia hanya setuju untuk memperpanjang pemangkasan produksi hingga Juli, tidak lebih lama.
Sementara itu, data pemerintah AS pada Rabu menunjukan peningkatan besar dalam persediaan bahan bakar karena permintaan masih terganggu pandemi corona. "Persediaan minyak naik di seluruh AS, Eropa dan Jepang minggu lalu. Ini membebani harga minyak," kata analis UBS Giovanni Staunovo.
(Baca: Pengusaha Minta Pemerintah Turunkan Harga Energi untuk Industri)