Bank Sentral AS Tahan Suku Bunga, Rupiah Menguat 0,39%
Nilai tukar rupiah di pasar spot menguat 0,39% ke level Rp 13.925 per dolar Amerika Serikat (AS) pada pagi, hari ini (11/6). Mata uang Garuda menguat setelah bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed) memutuskan untuk menahan suku bunga acuan (Fed Fund Rate/FFR).
Bukan hanya rupiah, mata uang Asia lainnya ikut menguat. Dikutip dari Bloomberg, yen Jepang naik 0,13%, dolar Taiwan 0,25%, won Korea Selatan 0,08%. rupee India 0,03%, ringgit Malaysia 0,24%, dan baht Thailand 0,64%.
Sedangkan, dolar Hong Kong dan Singapura melemah masing-masing 0,01%. Begitu juga peso Filipina dan yuan Tiongkok turun 0,03%
Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menilai, hasil rapat moneter The Fed dini hari tadi bakal menjadi penggerak kurs rupiah hari ini. "The Fed mengatakan tidak akan menaikkan suku bunga dan tetap mendukung pembelian obligasi hingga 2022," ujar dia kepada Katadata.co.id, Kamis (11/6).
(Baca: Pasar Respons Negatif Lonjakan Kasus Corona RI, Rupiah Melemah 0,65%)
Pernyataan tersebut mengindikasikan ekonomi AS masih akan melemah dalam waktu yang cukup lama. Hal itu menekan dolar AS , ehingga mendorong penguatan rupiah pagi ini.
The Fed mempertahankan target bunga acuannya di kisaran 0% hingga 0,25%. Bank sentral juga berkomitmen menggunakan seluruh instrumen untuk memulihkan perekonomian akibat pandemi corona.
Mereka menilai, krisis kesehatan akibat pandemi virus corona membebani aktivitas perekonomian, lapangan kerja, dan tingkat inflasi jangka pendek. Ini menimbulkan risiko besar terhadap prospek ekonomi dalam jangka menengah.
Oleh karena itu, The Fed memperkirakan bahwa tingkat suku bunga akan dipertahankan hingga perekonomian pulih. Setidaknya sampai perekonomian berada pada jalur yang tepat untuk mendukung penciptaan lapangan kerja dan stabilitas harga.
(Baca: Dibuka Turun 0,27%, Rupiah Berpeluang Konsolidasi Jelang Rapat The Fed)
Akan tetapi, pernyataan The Fed juga menyiratkan bahwa perekonomian global tidak akan pulih dari pandemi corona dalam waktu dekat. Selain itu, pasar mewaspadai gelombang kedua pandemi virus corona.
Di Indonesia, penambahan kasus positif Covid-19 juga terus meningkat, sehingga berpotensi memperketat kembali aktivitas ekonomi. "Ini bisa memberikan sentimen negatif ke aset berisiko," kata Tjendra.
Dengan sentimen tersebut, Tjendra memperkirakan rupiah menguat ke kisaran Rp 13.800 per dolar AS. Namun, berpotensi pelemahan ke area Rp 14.100 per dolar AS.
(Baca: Rupiah Melemah ke Rp 13.897 per Dolar Usai The Fed Perluas Pinjaman)