Ahli Epidemiologi Usul Pemerintah Tak Buka Sekolah di Zona Hijau
Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman tak sepakat dengan rencana pemerintah membuka kembali sekolah di zona hijau secara bertahap. Menurut dia, pemerintah harus menunda rencana tersebut hingga akhir tahun 2020.
Alasannya, saat ini laju penyebaran virus corona atau Covid-19 di Indonesia belum mencapai puncaknya. Selain itu, pengendalian pandemi corona juga ia nilai belum optimal.
Tak hanya itu, ia juga berpendapat sistem zonasi yang menjadi tolok ukur pembukaan sekolah belum bisa diandalkan. Sebab, pengujian sampel corona masih rendah hingga saat ini. Kemudian, waktu pelaporan dari pengujian spesimen corona di dalam negeri pun masih lambat.
"Banyak daerah yang tertunda hasil sampelnya karena keterbatasan kapasitas laboratorium, bahkan bisa ribuan," kata Dicky, dalam keterangannya yang disampaikan kepada Katadata.co.id, Selasa (16/6).
Selain itu, ia menilai kriteria membuka sekolah tidak sederhana. Sebab, pembukaan sekolah akan menyangkut dua kelompok yang memiliki risiko dan karakteristik masing-masing, yakni siswa dan guru.
Siswa yang merupakan anak-anak tidak hanya berpotensi terinfeksi corona di paru-paru. Berdasarkan studi Centers for Disease Control and Prevention (CDC), mereka juga bisa terserang sindrom inflamasi multisistem atau multisystem inflammatory syndrome.
Lebih lanjut, studi terbaru menunjukkan bahwa anak-anak bisa terserang corona di bagian ginjal. Artinya, para siswa bukan termasuk dalam kelompok yang tidak berisiko.
(Baca: Tahun Ajaran Baru dan Protokol Kesehatan Sekolah di Zona Hijau )