4 Negara Beli Vaksin AstraZeneca, CEO Klaim Proteksi Corona 1 Tahun

Yuliawati
Oleh Yuliawati
17 Juni 2020, 09:51
vaksin virus corona, AstraZeneca,
ANTARA FOTO/REUTERS/Annegret Hilse
Ilustrasi. Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn mendapat vaksin flu di Berlin, Jerman, Selasa (29/10/2019).

Perusahaan raksasa farmasi AstraZeneca PLC belakangan mendapat sorotan karena mengklaim memproduksi vaksin yang mampu menangkal virus corona atau Covid-19. Empat negara yakni Italia, Jerman, Belanda dan Prancis telah membayar uang muka senilai US$ 843,2 juta atau sekitar Rp 11,8 triliun untuk 300 juta dosis.

CEO AstraZeneca Pascal Soriot mengklaim vaksin virus corona produksi perusahaannya akan memberikan perlindungan dari penularan Covid-19 selama sekitar satu tahun. "Kami pikir itu akan melindungi selama sekitar satu tahun," kata Soriot kepada penyiar radio Bel RTL dikutip dari CNBC.com, Rabu (17/6).

(Baca: Oxford Gandeng Raksasa Farmasi AstraZeneca Produksi Vaksin Corona)

AstraZeneca memproduksi dan menguji coba vaksin yang dikembangkan peneliti dari Universitas Oxford, Inggris. Uji coba fase I melibatkan sukarelawan 10.000 orang di Inggris akan segera berakhir. Saat ini perusahaan memulai uji coba fase III .

“Jika semuanya berjalan dengan baik, kami akan mendapatkan hasil uji klinis pada Agustus atau September. Kami memproduksi secara paralel. Kami akan siap mengirimkan mulai Oktober jika semuanya berjalan dengan baik,” kata Soriot.

Peneliti Universitas Oxford sejak April lalu menggandeng AstraZeneca untuk memproduksi dan mendistribusikan antivirus corona. Guru Besar Kedokteran Universitas Oxford, Prof. Sir John Bell mengatakan kerja sama ini bertujuan untuk memproduksi puluhan juta dosis vaksin corona pada akhir tahun nanti. Apalagi perguruan tinggi prestisius tersebut tidak mampu membuat antivirus dalam skala besar.

(Baca: Perusahaan Tiongkok Sebut Vaksin Buatannya Ampuh Tangkal Corona)

Pada Sabtu (13/6), AstraZeneca mengumumkan perjanjian dengan empat negara yang membeli 400 juta dosis vaksin yang akan mulai dikirim pada akhir 2020. Empat negara yakni Italia, Jerman, Belanda dan Prancis telah membayar uang muka senilai US$ 843,2 juta atau sekitar Rp 11,8 triliun.

AstraZeneca kini sedang berusaha memperluas kapasitas produksi vaksin tersebut dengan membangun sejumlah pasokan rantai paralel di seluruh dunia. AstraZeneca baru-baru ini membuat perjanjian dengan Koalisi untuk Kesiapsiagaan Epidemi Inovasi dan aliansi vaksin Gavi untuk produksi 700 juta dosis vaksin.

Mereka juga kerja sama dengan Serum Institute of India untuk memproduksi 1 milyar dosis, terutama untuk negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

(Baca: Uji Coba Pertama, Moderna Klaim Vaksinnya Hasilkan Antibodi Corona)

Saat ini total kapasitas produksi vaksin mencapai 2 milyar dosis dan siap berkolaborasi dengan perusahaan lain. "Untuk memenuhi komitmennya mendukung akses masyarakat terhadap vaksin tanpa keuntungan selama pandemi," bunyi pernyataan AstraZeneca.



AstraZeneca juga kerja sama dengan perusahaan Catalent yang memfasilitasi pengisian dan pengemasan botol di pabriknya di Anagni, Italia, untuk “mempersiapkan pasokan komersial berskala besar” dari vaksin.

AstraZeneca PLC merupakan hasil merger dari perusahaan Swedia Astra AB dan perusahaan Britania Zeneca Group PLC. AstraZeneca mengembangkan, memproduksi, dan menjual farmasi untuk pengobatan masalah gastrointestinal, kardiologi dan vascular, neurological dan psikiatri, infeksi, pernapasan, radang dan onkologi.

Kantor pusat perusahaan terletak di London, Inggris dengan pusat penelitian dan pengembangannya (R&D) terletak di Södertälje, Swedia. Selain di Swedia, perusahaan ini juga memiliki divisi R&D yang tersebar di Amerika Serikat, Inggris, dan India.

(Baca: Trump Klaim AS Telah Produksi 2 Juta Dosis Vaksin Corona Siap Edar)

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...