Kuartal II Kontraksi, BI Prediksi Pertumbuhan Ekonomi 2020 Hanya 1,9%
Bank Indonesia (BI) memperkirakan perekonomian Indonesia pada kuartal II tahun ini akan terkontraksi meski tekanan mulai berkurang. BI pun memprediksi pertumbuhan ekonomi tahun ini hanya berkisar 0,9-1,9%.
Meski demikian, Gubernur Perry Warjiyo optimistis pertumbuhan ekonomi akan kembali pada kisaran 5-6% pada 2021. "Didorong dampak perbaikan ekonomi global dan stimulus kebijakan pemerintah dan BI," ujar Perry dalam konferensi video, Kamis (18/6).
Perry menuturkan, kinerja ekspor pada kuartal II turun sejalan dengan kontraksi perekonomian global. Sementara itu, konsumsi rumah tangga dan investasi juga turun akibat kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang mengurangi akitivitas ekonomi masyarakat.
Namun, jika dilihat dari perkembangan pada bulan Mei, kata dia, ada indikasi tekanan terhadap perekonomian masional mulai berkurang. "Kontraksi ekspor terlihat tidak sedalam perkiraan sebelumnya sejalan peningkatan permintaan dari Tiongkok," kata Perry.
(Baca: Dorong Pemulihan Ekonomi, BI Turunkan Bunga Acuan Jadi 4,25%)
Selain itu, beberapa indikator dini permintaan domestik juga mengindikasikan perekonomian telah berada di level terendah dan mulai memasuki tahapan pemulihan. Hal ini tercermin dari penjualan semen, penjualan ritel, purchasing manager's index (PMI), dan ekspektasi konsumen yang lebih baik dari bulan sebelumnya.
Perry mengaktakan bahwa BI memperkirakan proses pemulihan ekonomi akan mulai menguat pada triwulan ketiga. "Peningkatan sejalan relaksasi PSBB sejak pertengahan Juni serta stimulus kebijakan yang ditempuh," ujarnya.
Sementara, Perry mengungkapkan bahwa kontraksi perekonomian global masih berlanjut. Tetapi,ketidakpastian pasar keuangan global menurun seiring penyebaran Covid-19 yang melandai.
Pembatasan aktivitas ekonomi sebagai langkah penanganan Covid-19 berisiko menurunkan pertumbuhan ekonomi global 2020 lebih besar dari perkiraan awal. Namun demikian, kontraksi volume perdagangan dunia dan penurunan harga komoditas terlihat tidak sedalam prakiraan sebelumnya.
(Baca: Proyeksi Suram Ekonomi Indonesia Kuartal II dan Dampak Turunannya)
Menurut dia, berbagai stimulus kebijakan fiskal dan moneter terus ditempuh banyak negara guna memitigasi risiko kontraksi perekonomian.
"Perkembangan terkini menunjukkan respons kebijakan dan relaksasi pembukaan kembali pembatasan kegiatan ekonomi dengan mempertimbangkan penyebaran pandemi yang melandai, mulai mendorong kegiatan ekonomi di beberapa negara," kata Perry.
Berbagai indikator dini pada Mei secara bertahap membaik seperti kinerja sektor manufaktur yang tercermin dari kenaikan PMI manufaktur dan konsumsi listrik di Tiongkok, pertumbuhan positif sektor properti di Tiongkok dan Amerika Serikat (AS), serta perbaikan PMI jasa di Eropa, Jepang dan AS, meskipun masih pada level yang rendah.
Maka dari itu, perkembangan ini disebutkan ia, mengurangi ketidakpastian di pasar keuangan global dan mendorong aliran modal global ke negara berkembang serta mengurangi tekanan nilai tukar mata uang negara berkembang, termasuk Indonesia.
(Baca: Semua Sektor Usaha Terpukul, Ekonomi Kuartal II Diprediksi Minus 3,4 %)