Mendag Sebut Kerugian Pusat Belanja Selama 2 Bulan Tutup Rp 12 Triliun
Menteri Perdagangan (Mendag) Agus Suparmanto menyatakan mal atau pusat perbelanjaan mengalami kerugian atau penurunan omzet akibat penutupan selama masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) pandemi corona. Adapun potensi omzet yang hilang ditaksir sekitar Rp 12 trilun selama dua bulan tak beroperasi.
Kondisi ini diperkirakan masih akan terus terjadi seiring adanya kebijakan pembatasan kapasitas pengunjung.
(Baca: Anies Bakal Tutup Mal yang Langgar Protokol Kesehatan)
"Penurunan omzet cukup signifikan dakam dua bulan terakhir sekitar Rp 12 triliun. DKI Jakarta merupakan salah satu wilayah yang sangat terdampak," kata Agus dalam diskusi IDN Times, Kamis (18/6).
Kerugian pengelola pusat belanja di Jakarta ditaksir yang paling besar. Sebab, dari 326 unit mal yag beroperasi di wilayah Jabodetabek, 70-80 unit di antaranya berada di Ibu Kota
Meski begitu, dia berharap dengan dibukanya kembali aktivitas mal pada fase transisi pertama dapat menggerakkan lagi roda perekonomian. "Upaya ini perlu disikapi dengan baik dan cepat agar roda perekonomian ini tetap jalan," kata dia.
Sementara itu, Ketua Penasehat Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Belanja Indonesia (HIPPINDO) Handaka Santosa mengatakan, pembukaan mal di Jakarta harus diutamakan meski harus menerapkan protokol kesehatan dan diawasi secara ketat. Pasalnya, 60% pertumbuhan industri retail ada di ibu kota.
Dengan memanfaatkan lahan seluas tiga juta meter persegi, pusat perbelanjaan mampu menjadi pusat perniagaan bagi banyak produk dan sumber kehidupan banyak orang. "Saya rasa sangat tepat sekali (pembukaan mal) agar konsumsi domestik tetap berjalan, namun tetap dilakukan pengetatan yang sangat disiplin," katanya.
Seperti diketahui, sejumlah mal atau pusat perbelanjaan di Jakarta resmi kembali beroperasi sejak Senin (15/6), menyusul diterapkannya fase transisi pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
(Baca: Hanya 15% Pengunjung Mal yang Berbelanja, Peretail Masih akan Merugi)
Ketua Umum Aprindo Roy Mandey sebelumnua mengatakan, pada fase awal pembukaan mal, jumlah pengunjung yang berbelanja diperkirakan hanya 15%. Sementara sisanya, datang hanya untuk sekadar jalan-jalan menghilangkan rasa bosan setelah tiga bulan mengurung diri di rumah.
"Orang yang berkunjung ke mal paling yang belanja hanya 10%-15% saja. Sangat rendah sekali dan hampir tidak ada arti untuk menggerakan sektor perdagangan atau ritel yang saat ini sedang terdampak," kata Roy kepada Katadata.co.id, Selasa (16/6).
Penyebab utama minimnya tingkat pembelian pada pusat perbelanjaan lantaran faktor daya beli yang masih sangat rendah. Terlebih lagi, belum dapat dipastikan kapan perekonomian pulih.
Sementara itu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memastikan, pihaknya tidak akan segan-segan menutup mal yang melanggar protokol kesehatan. Ini dilakukan untuk terjadinya gelombang kedua pandemi corona.
"Evaluasi itu memerlukan waktu tidak cukup satu hari, harus beberapa hari baru nanti kami evaluasi, tapi saya mengajak semuanya untuk tertib menjalankan protokol kesehatan," kata Anies di Jakarta, Selasa (16/6).
Menurut dia, keputusan membuka kembali operasional pusat perbelanjaan atau mal sangat berisiko tinggi terhadap meningkatnya jumlah penderita Covid-19. Namun, hal itu dapat diantisipasi dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat.