Diterpa Kabar Merger dengan OVO, Bos DANA Fokus Usaha saat Pandemi
Perusahaan teknologi finansial (fintech) pembayaran OVO dan DANA dikabarkan sepakat merger untuk mengurangi biaya ‘bakar uang’. CEO DANA Vincent Iswara enggan berkomentar banyak perihal kabar ini.
"Soal kabar itu, kami tidak berkomentar terkait rumor pasar. Saat ini kami benar-benar berkonsentrasi untuk membuat produk dan layanan yang dapat membantu masyarakat Indonesia khususnya, selama pandemi corona," ujar Vincent saat konferensi pers secara virtual, Jumat (19/6).
Vincent mengatakan, jumlah pengguna DANA mencapai lebih dari 40 juta saat ini. Pertumbuhan transaksi untuk seluruh layanan pembayaran di platform, kecuali transaksi offline pun melonjak.
"Secara keseluruhan, transaksi tumbuh 50% dari Januari hingga pertengahan Mei. Ini mulai dari UMKM, kirim dana, dan pembayaran bill," ujar Vincent.
(Baca: Fintech RI Mirip Tiongkok, Investor Sebut OVO & DANA Berpotensi Merger)
Kabar mengenai kesepakatan untuk merger antara DANA dan OVO itu pertama kali dilaporkan oleh Bloomberg. “Mereka bertujuan mengurangi ‘bakar uang’,” demikian kata sumber yang mengetahui informasi tersebut, dikutip dari Bloomberg, akhir pekan lalu (12/6).
Sumber juga menyampaikan, penandatanganan perjanjian antara kedua perusahaan tertunda karena pandemi virus corona. Oleh karena itu, syarat dan waktunya bisa saja berubah, termasuk terkait kesepakatan tersebut.
Namun, OVO juga enggan berkomentar perihal rumor tersebut. “Kami tidak mengomentari rumor yang beredar di industri,” ujar Head of Public Relations OVO Sinta Setyaningsih, kepada Katadata.co.id, Senin lalu (15/6).
(Baca: Gojek Jadi Perusahaan RI Pertama yang Kantongi Pendanaan dari Facebook)
Akan tetapi, CEO BRI Ventures Nicko Widjaja menilai, ekosistem fintech Indonesia lebih mirip Tiongkok ketimbang Silicon Valley, Amerika Serikat. Oleh karena itu, menurutnya peluang bagi perusahaan di industri ini merger, termasuk OVO dan Dana, sangat besar.
“Berkaca dari Tiongkok, sangat masuk akal jika pemain fintech pembayaran Indonesia, yang menguasai pangsa pasar lebih kecil, memilih bekerja sama dengan mitra strategis," ujar Nicko kepada Katadata.co.id, Selasa lalu (16/6).
Di Negeri Tirai Bambu, tersisa dua pemain fintech pembayaran besar yakni WeChat Pay dan Alipay. Maka, menurutnya kabar OVO dan DANA sepakat merger untuk bersaing dengan GoPay besutan Gojek, sangat mungkin terjadi
Lagi pula, merger akan memperkuat ekosistem di industri fintech. "Jika berkaca ke pasar Indonesia secara spesifik, kunci sukses industri fintech yakni kolaborasi," kata Nicko.
(Baca: Asosiasi Modal Ventura Respons Kabar OVO dan DANA Sepakat Merger)
Sebab, ekosistem sektor fintech pembayaran besar. Layanan yang tersedia pun beragam, mulai dari fungsi gerbang pembayaran (payment gateway), card switching, dan lainnya, yang bersifat end to end.
Di satu sisi, 80% pangsa pasar fintech pembayaran dikuasai lima pemain besar. "Tipe industrinya cukup concentrated," ujar dia.
Jika perusahaan-perusahaan di sektor fintech pembayaran merger, menurutnya investor akan semakin berminat. Apalagi, layanan pembayaran berbasis digital semakin diminati selama pandemi Covid-19.
Hal senada disampaikan oleh Ketua Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (Amvesindo) Jefri R Sirait. Ia menilai, jika OVO dan DANA benar-benar merger, maka bisnis masing-masing perusahaan dan pangsa pasarnya akan semakin kuat.
Selain itu, digitalisasi layanan pembayaran di Tanah Air akan semakin cepat. "Tentu (industrinya) menjadi lebih kuat dan ada percepatan akibat sinergi," kata dia.
(Baca: Facebook, PayPal, Google hingga Tencent Suntik Investasi ke Gojek)