Gelombang Kedua Corona Ancam Permintaan, Harga Minyak Naik Tipis
Harga minyak mentah dunia masih menguat tipis pada perdagangan Senin (22/6) pagi waktu Indonesia di tengah ketatnya pasokan dari produsen utama. Meski begitu, harga masih dibayangi kekhawatiran ancaman gelombang kedua penyebaran virus corona di dunia yang dapat menghambat pemulihan permintaan energi.
Ketatnya suplai minyak dari produsen utama dunia lantaran jumlah rig pengeboran minyak dan gas alam yang beroperasi turun ke rekor terendahnya di Amerika Serikat (AS) dan Kanada, meskipun sejumlah produsen sudah mulai mengebor lagi seiring dengan harga minyak yang beranjak naik.
Namun ancaman gelombang kedua covid-19 di dunia membuat kenaikan harga minyak menjadi terbatas. "Upaya untuk mencegah gelombang kedua Covid-19 berpotensi memukul kembali perekonomian. Investor menjadi lebih waspada," kata analis pasar CMC Markets, Michael McCarthy, seperti dikutip Reuters.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatatkan rekor lonjakan kasus baru pada Minggu (21/6) yakni mencapai 156.922 kasus. Adapun tambahan tertinggi terjadi di AS dan Brazil, masing-masing bertambah 33.388 kasus dan 31.571 kasus.
(Baca: Imbas Pandemi, Target Produksi Migas Tahun Depan 1,7 Juta Barel)
Berdasarkan data Bloomberg pukul 07.36 WIB, harga minyak jenis Brent untuk kontrak pengiriman Agustus 2020 naik 0,45% ke level US$ 42,38 per barel. Sedangkan harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Juli 2020 naik 0,20% ke level US$ 39,83 per barel.
Berdasarkan laporan yang dirilis perusahaan jasa pengeboran Baker Hughes, jumlah Rig pengeboran yang aktif di AS turun 13 menjadi 266 buah pada pekan ini. Hal ini pun akan membuat kondisi kembali seperti di tahun 1940.
Harga minyak juga mulai beranjak naik setelah Irak dan Kazakhstan, selama pertemuan panel OPEC + pada Kamis, berjanji untuk lebih mematuhi kesepakatan pemangkasan produksi. Dengan begitu, maka pembatasan oleh OPEC+, dapat diperpanjang hingga Juli.
Namun, kelompok OPEC+, yang terdiri dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia, belum memutuskan apakah akan memperpanjang rekor pemangkasan pasokan 9,7 juta barel per hari (bph) untuk bulan keempat di bulan Agustus.
(Baca: OPEC: Permintaan Minyak Mulai Naik Meski Pandemi Corona Belum Berakhir)