Kisah UMKM Menghadapi Pandemi Disokong Pemodal hingga Lapak Digital
Pandemi corona membuat ruang gerak masyarakat terbatas. Kegiatan ekonomi di berbagai lapisan, termasuk usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM ikut tiarap. Seruan agar masyarakat tetap di rumah dan menjaga jarak fisik untuk mencegah penularan virus corona memicu perdagangan merosot.
Berbagai pihak berupaya menyokong pemulihannya. Tak bisa berjualan di dunia nyata, banyak pedagang, termasuk UMKM yang kemudian hijrah ke dunia maya. Perusahaan e-commerce seperti Tokopedia, Bukalapak, Lazada, Shopee, hingga Blibli berlomba menggaet mereka. Pada fase normal baru, kegiatan jual beli online pun diprediksi makin ramai.
Di Tokopedia, misalnya, ada lebih dari 1,1 juta UMKM yang bergabung sejak Januari 2020. Dengan demikian, total mitra pedagang di platform tersebut kini menjadi 8,3 juta, di mana 94 % di antaranya berskala ultramikro.
Dalam mewadahi mereka, perusahaan yang didirikan oleh William Tanuwijaya ini memberikan pendampingan, yang sudah menjadi mitra maupun belum. “Tujuannya memberikan panggung seluas-luasnya bagi UMKM lokal untuk terus berjuang di tengah new normal lewat kanal digital,” kata Eksternal Communications Senior Lead Tokopedia Ekhel Chandra Wijaya, Senin (15/6).
(Baca: Bos Shopee & Bukalapak Sebut UMKM Jadi Medan Perang Baru Para Unicorn)
Salah satu pegiat UMKM lokal yang terus beradaptasi di tengah pandemi adalah Nadya Amatullah Nizar, pemilik usaha fesyen muslim Nadjani. Didirikan pada 2011, penjualan Nadjani merosot setelah Pembatasan Sosial Berskala Besar. “PSBB menyebabkan toko offline kami tutup,” kata Nadya.
Dia tak lagi menikmati Ramadan sebagai musim panen penjualan busana. Ia bahkan terpaksa merombak koleksi baju lebaran menjadi masker, mukena, hingga celemek dan menjualnya secara online. Strateginya berhasil, keuangan Nadjani kembali berputar. Nadya pun bisa kembali membayar 35 orang pegawainya.
Pengalaman serupa dialami Deni Ardini, pemilik usaha oleh-oleh khas Betawi, Mpok Nini. Berawal dengan modal Rp 300 ribu pada 2011, kini Mpok Nini memproduksi kue kembang goyang, biji ketapang, dodol Betawi, kue akar kelapa, hingga bir pletok.
Setiap bulan, Deni bisa menjual 500-700 paket oleh-oleh khas Betawi. Namun virus corona menginfeksi usahanya. Sepinya kegiatan rekreasi membuat penjualan oleh-oleh terjun bebas.
Meski terpaksa membatasi produksi, Deni berupaya untuk tetap mempertahankan delapan pekerjanya. Kini ia gencar berjualan online lewat Tokopedia. “Semoga para pegiat UMKM lainnya dapat terus beradaptasi dan berinovasi agar dapat bertahan melewati pandemi ini,” ujarnya.
(Baca: Fase New Normal, UMKM Jadi Medan Perang Baru Gojek dan Grab)
Dukung Pembiayaan UMKM, Platform Digital Gandeng Perbankan
Memasuki masa transisi menuju normal baru atau new normal, pemerintah mulai membuka beberapa sektor bisnis. Dunia usaha menyambutnya agar roda ekonomi segera kembali berputar.
Guna memaksimalkan potensi pertumbuhan transaksi di platform-nya, Shopee menyiapkan Rp 17 miliar untuk membantu mitra penjual. Dana itu diberikan dalam bentuk voucher penjual, keringanan biaya layanan, subsidi iklan, cashback, hingga gratis ongkos kirim. Perusahaan ini juga menggaet Bank Rakyat Indonesia (BRI) untuk menyediakan kredit bagi lebih dari 10 ribu UMKM di Shopee.
Sebelumnya, perusahaan memang telah mengalokasikan stimulus Rp 100 miliar untuk membantu mitra UMKM yang terdampak pandemi corona, pada April lalu. “Ini merupakan komitmen lanjutan kami setelah merilis program stimulus Dukungan Covid-19 100M Shopee,” kata Direktur Shopee Indonesia Handhika Jahja, Jumat (19/6).
Sejak April lalu, Shopee kembali mengembangkan program ekspor ‘Kreasi Nusantara: Dari Lokal untuk Global. Perusahaan mengklaim telah mengekspor 5.000 produk lokal ke Singapura dan Malaysia melalui program ini.
(Baca: Shopee Target Ekspor Sejuta Lebih Produk UMKM Tahun Ini)
Di pihak lain, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk memang telah menyiapkan paket kredit modal kerja bagi usaha level ini. “UMKM tak PHK karyawannya itu disediakan paket kredit modal kerja,” ujar Direktur Utama BRI Sunarso.
BRI juga akan menggenjot penyaluran kredit, terutama bagi UMKM. Bank dengan aset terbesar di Indonesia ini mengincar bidang pangan, farmasi, dan alat kesehatan yang diprediksi tetap tumbuh. Hal ini demi membantu UMKM yang 99 % menopang perekonomian nasional.
Hingga 31 Mei 2020, BRI telah merestrukturisasi kredit 2.634.901 debiturnya dengan nilai total Rp 160,5 triliun. Mayoritas yang mendapatkan restrukturisasi kredit yakni segmen usaha mikro melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR). Totalnya mencapai lebih dari 1,5 juta debitur.
Halaman selanjutnya: Bantuan Teknis Platform Digital bagi UMKM