6 Sebab Google, Amazon, Microsoft, Alibaba Incar Pasar Pusat Data RI
Google meluncurkan pusat data (data center) komputasi awan (cloud) di Jakarta pada Rabu (24/6). Microsoft, Amazon dan Alibaba pun tertarik membangun infrastruktur digital ini di Tanah Air.
Setidaknya, ada enam sebab raksasa-raksasa teknologi itu berminat merambah bisnis pusat data cloud di Indonesia. Pertama, pengguna internetnya mencapai 171,2 juta atau 64,8% dari total penduduk.
Kedua, seiring dengan banyaknya pengguna internet, data yang diolah perusahaan penyedia layanan pun meningkat. “Aplikasi-aplikasi sekarang tidak hanya tersimpan di satu pusat data, tetapi juga beberapa cloud provider, yang meningkatkan kehadirannya di Indonesia,” kata Senior Vice President Telkomsel Enterprise Dharma Simorangkir saat konferensi pers, Jumat (26/6).
Selain itu, infrastruktur yang dgunakan bersifat campuran. Bukan hanya pusat data atau on-premise, tetapi juga cloud.
(Baca: Bangun Pusat Data di RI, Google Buat 150 Ribu Laboratorium Pelatihan)
Ketiga, laporan McKinsey berjudul Digital India: Technology to transform a connected nation menyebutkan, pertumbuhan adopsi ekonomi digital Indonesia merupakan yang tercepat. Digitalisasi dinilai dapat meningkatkan pendapatan dari hasil ekonomi sebesar US$ 120 miliar pada 2025.
Berdasarkan data asosiasi Internet of Things (IoT), potensi pasar di Indonesia mencapai Rp 444 triliun hingga 2025. “Dengan jumlah device yang terkoneksi sekitar 400 juta,” kata General Manager IoT Smart Connectivity Telkomsel Alfian Manullang.
Keempat, semakin banyak sektor bisnis di Indonesia seperti perbankan dan telekomunikasi yang mengandalkan big data untuk menganalisis pasar. Alhasil, data yang dianalisis melimpah.
Data tersebut bisa berupa terstruktur maupun yang bukan, dari berbagai transaksi serta media sosial. "Pengguna media sosial yang paling aktif di dunia, terbanyak di Indonesia,” ujar Country Manager Cloudera Indonesia Cloudera Fanly Tanto saat konferensi pers, kemarin (25/6).
(Baca: Potensinya Besar, Dua Siasat Alibaba Garap Bisnis Pusat Data di RI)
Perusahaan-perusahaan di Indonesia mengolah, menganalisis, dan memanfaatkan data untuk kepentingan bisnis. “Ini membutuhkan cloud. Penggunaan cloud di Indonesia dari tahun ke tahun meningkat," kata Fanly.
Berdasarkan data dari IDC, lebih dari 90% perusahaan di Asia Pasifik akan mengandalkan kombinasi teknologi cloud hingga 2021. Sebab, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini mempunyai 150 juta pelanggan.
"Namun, tantangannya, bagaimana Telkomsel mengubah data untuk mendapatkan insight, dari seluruh Indonesia. Bagaimana kami olah dan mendapatkan nilai tambah," kata Vice President of Business Intelligence and Analytics Telkomsel Tina Lusiana.
Kelima, Google menilai bahwa pasar Indonesia potensial dan dinamis. "Indonesia merupakan salah satu negara paling kreatif, dinamis, dan berjiwa entrepreneur di Asia Tenggara," kata CEO Google Sundar Pichai saat konferensi pers secara virtual, Rabu (24/6).
(Baca: Pusat Data Google & Amazon di RI Bakal Buat Layanan Cloud Diminati)
Sejauh ini, ada beberapa perusahaan Tanah Air yang sudah menggunakan layanan Google Cloud. Tokopedia misalnya, menggunakan Google Cloud untuk memperkirakan permintaan dan mengelola inventaris.
Keenam, Indonesia memiliki empat unicorn yakni Tokopedia, Traveloka, Bukalapak, dan OVO. Juga satu decacorn yakni Gojek. "Keberadaan unicorn artinya banyak pelanggan yang dilayani,” ujar Country Director Google Cloud Indonesia Megawaty Khie.
Perusahaan teknologi lainnya Microsoft Corporation pun berencana menanamkan modal sebesar US$ 1 miliar atau setara hampir Rp 13,6 triliun untuk membangun pusat data di Indonesia. Pusat data ini digunakan untuk menunjang program big data Microsoft yang ada di Tanah Air.
Alibaba Cloud bahkan telah membangun dua pusat data di Tanah Air pada 2018 dan 2019. Country Manager Alibaba Cloud Indonesia Leon Chen mengatakan, permintaan layanan cloud di Tanah Air terus meningkat.
(Baca: Pusat Data Amazon di Indonesia Mulai Operasi 2022)
Perusahaan pun berkomitmen untuk menginvestasikan US$ 28 miliar atau sekitar Rp 435 triliun untuk pengembangan layanan cloud selama tiga tahun. "Kami akan terus menginvestasikan talenta dan ekosistem kami. Perusahaan melihat potensi pasar di Indonesia besar," ujar Chen, beberapa waktu lalu (10/6).
Lalu, anak usaha Amazon, yakni Amazon Web Service (AWS) berencana membangun tiga pusat data di Indonesia pada akhir 2021 atau awal 2022. Menteri Perdagangan Agus Suparmanto menilai, pembangunan pusat data tersebut akan bermanfaat bagi pengembangan bisnis dan industri nasional.
Sebab, pusat data tersebut dapat meningkatkan efisiensi bagi pelaku bisnis dan mendorong pengembangan sumber daya manusia. (Baca: Komputasi Awan Bawa Microsoft Salip Apple Sebagai Perusahaan Termahal)