Netflix hingga Gojek Tekan Kerugian Industri Film Akibat Pandemi
Kerugian industri film Tanah Air diperkirakan mencapai US$ 33,33 juta atau sekitar Rp 481 miliar per bulan, karena bioskop ditutup akibat pandemi corona. Namun, platform video on-demand (VoD) seperti Netflix dan GoPlay besutan Gojek menjadi alternatif untuk tetap meraup pendapatan.
Berdasarkan catatan Ideosource Entertainment, potensi pendapatan industri film dari konten lokal maupun luar negeri mencapai US$ 400 juta atau sekitar Rp 5,77 triliun per tahun. Itu artinya, potensinya sekitar US$ 33,33 juta atau Rp 481 miliar per bulan.
Potensi itu berasal dari bioskop, sponsor, televisi dan lainnya. Porsinya sekitar 80-90% dari total pendapatan. (Baca: Blokir Netflix Dibuka, Investor Makin Selektif Danai Startup VoD)
Sedangkan bioskop ditutup sejak akhir Maret, dan rencananya akan dibuka pada 29 Juli. Itu artinya, penutupan bioskop berlangsung selama empat bulan.
Dengan perhitungan tersebut, kerugian industri film diperkirakan mencapai US$ 133,32 juta atau sekitar Rp 1,92 triliun selama empat bulan. “Untuk film Indonesia-nya saja sekitar 30% (sekitar Rp 577,2 miliar) dari total,” kata CEO Ideosource Entertainment Andi Boediman kepada Katadata.co.id, akhir pekan lalu (10/7).
(Baca: Strategi Bioskop CGV Bertahan di Tengah Pandemi Corona)
Kabar baiknya, selama ini platform VoD berkontribusi 10-20% terhadap total pendapatan industri film di Indonesia. Ini dengan asumsi film didistribusikan melalui bioskop terlebih dulu, baru kemudian platform digital.
Dengan perhitungan itu, perusahaan seperti Netflix hingga GoPlay menyumbang sekitar US$ 44,44 juta-US$ 100 juta (Rp 641,5 miliar-Rp 1,44 triliun) per tahun. “Tetap bisa profit, tapi tidak sebesar layar lebar. Risikonya lebih kecil. Saat ini, jadi alternatif," ujar Andi.
Di satu sisi, pengguna Netflix maupun GoPlay melonjak selama pandemi virus corona. Netflix misalnya, mencatatkan tambahan 15,8 juta pelanggan berbayar sepanjang Januari hingga Maret 2020. Maka, total penggunanya di seluruh dunia mencapai 182,9 juta orang.
Begitu juga dengan GoPlay. Jumlah pengguna dan waktu yang dihabiskan untuk menonton film di platform naik 10 kali lipat dibandingkan sebelum ada pandemi Covid-19.
Itu artinya, kontribusi perusahaan VoD seperti Netflix hingga GoPlay berpotensi meningkat dari sebelumnya hanya 10-20%. (Baca: Transaksi Naik, Hooq, iFlix, Viu dan GoPlay Beri Diskon Work from Home)
Produser Film dari MagMA Entertainment Linda Gozali mengatakan, produksi terhenti sejak Maret. Sebagian besar pelaku pun hanya mengandalkan penjualan film yang sudah jadi sebelum adanya pandemi.
Sebagian rumah produksi film masih mendistribusikan film lewat bioskop, dengan memundurkan jadwal tayang. Namun, sepengetahuannya, banyak juga rumah produksi yang mengandalkan platform VoD.
Ia pun menilai, potensi penjualan konten melalui platform streaming film cukup menjanjikan. "Dari sisi nilai penjualan besar atau kecilnya memang tergantung pada film yang ditayangkan. Tapi ada juga yang nilai pembeliannya lebih besar dari over the top atau VoD," ujar Linda.
(Baca: Telkom Buka Blokir, Netflix Janji Hadirkan Lebih Banyak Film Indonesia)
Meski begitu, sampai saat ini pelaku industri film masih meraba potensi VoD. "Bahwa ada pertumbuhan, iya. Orang-orang menonton lewat platform digital selama pandemi. Tapi harus dilihat lagi ke depan," ujarnya.
Berdasarkan data Statista, pendapatan VoD di Indonesia diproyeksikan US$ 304 juta atau Rp 4,3 triliun pada tahun ini. Tingkat pertumbuhan tahunan (Compound Annual Growth Rate/CAGR) segmen ini 9,6%, dengan volume pasar diprediksi US$ 439 juta atau Rp 6,3 triliun pada 2024.
Statista juga memperkirakan, pertumbuhan penetrasi pengguna VoD di Indonesia 8,4% pada tahun ini. Kenaikannya diproyeksikan 19,4% pada 2024. Pendapatan rata-rata per pengguna diprediksi US$ 7,35 atau Rp 106 ribu.
Pelaksana tugas (Plt) Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Josua Simanjuntak mengatakan, platform VoD menjadi alternatif potensial bagi pelaku usaha di industri film. Apalagi, sineas lokal bersaing ketat dengan perusahaan asing untuk bisa mendistribusikan filmnya di bioskop.
(Baca: Ideosource Suntikkan Dana ke GoPlay untuk Bersaing dengan Netflix)
Ia pun berharap, ada banyak perusahaan lokal yang membuat platform VoD. “Harapannya yang disaksikan film Indonesia," ujar Josua saat konferensi pers secara virtual, pada pekan lalu (7/7).
Selain GoPlay, layanan VoD lokal BioskopOnline resmi meluncur pada Sabtu (11/7) lalu. Pengguna bisa mengakses layanan ini melalui situs pencarian Google Chrome, dan membayar Rp 5.000 untuk 48 jam. Konten yang dihadirkan beragam seperti Keluarga Cemara, Filosofi Kopi, Kartini, dan film Indonesia lainnya.
CEO GoPlay Edy Sulistyo sempat menyampaikan, platform VoD lebih cocok dengan konten serial maupun film yang tidak terlalu berfokus pada efek suara seperti genre action atau horor. Oleh karena itu, layanan ini menjadi pelengkap dari bioskop, bukan bersaing.
(Baca: Bekraf Sebut Investasi di Film Lebih Menguntungkan Dibanding Startup)