Kementerian BUMN Akan Rombak Jajaran Direksi Asabri
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berencana merombak jajaran direksi PT Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Asabri) dalam waktu dekat. Hal ini berkaitan dengan persoalan portofolio investasi yang dipegang perusahaan tersebut.
Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo menyebutkan, kementeriannya sudah beberapa kali memanggil Direktur Keuangan Asabri guna membahas permasalahan investasi. Perusahaan itu memiliki investasi di beberapa saham yang pernah dipegang PT Asuransi Jiwasraya, dan harganya anjlok.
Berdasarkan diskusi dengan Menteri BUMN Erick Thohir, kementerian memutuskan untuk mengubah kepengurusan Asabri. “Pasti segera di tahun ini (perombakan kepengurusan)," kata Kartika usai acara Pelantikan Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Mahkamah Agung, Jakarta, Senin (13/1).
Kartika mengakui, kementerian belum menemukan solusi terkait persoalan di Asabri. Selain itu, belum ada hitung-hitungan kerugian dari permasalahan itu. Sebab, kementerian dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) masih mengkaji kasus itu.
(Baca: Menelusuri Investasi Asabri yang Terpuruk di Saham Gorengan)
Namun, ia memastikan bahwa untuk menyehatkan keuangan Asabri tidak bisa melalui investor. Sebab, asuransi yang dikelola bersifat sosial.
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Mahfud MD juga berencana memanggil Erick Thohir pada pekan ini. "Asabri asuransi sosial bukan private, jadi tidak bisa dalam konteks business to business (BtoB). Agak sulit, karena mereka asuransi sosial," ujarnya.
Seperti halnya PT Asuransi Jiwasraya, Asabri memiliki masalah anjloknya portofolio investasi saham. Misalnya saja, Asabri memiliki 5,04% saham di PT Trada Alam Mineral (TRAM). Harga sahamnya turun 65,75% sejak dibeli pada 18 Desember 2017 hingga 8 Januari 2020.
Selain itu, Asabri memiliki saham di PT Alfa Energi Investama (FIRE). Harga sahamnya juga anjlok 94,97% sejak dibeli pada 27 Juli 2018 hingga 8 Januari 2020. Lalu, harga saham PT Hartadinata Abadi (HRTA) merosot 27,4% sejak 30 Oktober 2017 hingga 8 Januari.
Sejauh ini, seberapa besar dampak jatuhnya harga saham-saham tersebut terhadap keuangan Asabri belum diketahui. Perusahaan belum mempublikasikan laporan keuangan terkini.
(Baca: Mahfud Cari Tahu Kasus Korupsi Asabri ke Sri Mulyani dan Erick Thohir)
Namun, berdasarkan ikhtisar laporan keuangan perusahaan negara yang dilansir Kementerian BUMN, laba bersih Asabri turun signifikan pada 2018.
Perusahaan membukukan laba tahun berjalan—sebelum diaudit—Rp 110,47 miliar. Nilai ini turun 86,87% dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp 943,811 miliar, sudah diaudit.
Namun, belum ada penjelasan terkait penyebab penurunan laba, lantaran ringkasnya data. Di sisi lain, likuiditas perusahaan masih dalam kondisi baik. Aset lancar tebal, yaitu Rp 36,29 triliun, sedangkan liabilitas jangka pendek Rp 4,17 triliun.
Secara keseluruhan, aset perusahaan Rp 48,29 triliun, dengan total liabilitas Rp 46,7 triliun dan ekuitas Rp 1,59 triliun. Namun, rasio kecukupan modal (RBC) pada 2018 belum diketahui. Pada tahun sebelumnya, RBC Asabri berada di zona merah lantaran jauh di bawah batas minimal yang ditetapkan otoritas yakni 120%. RBC Asabri pada 2016 dan 2017 hanya 54,73% dan 62,35%.
(Baca: Mahfud MD Cium Dugaan Korupsi Rp 10 Triliun di Asabri )