Kementerian BUMN Bakal Tutup Anak Usaha Garuda yang Tak Produktif
Kementerian BUMN bakal menutup anak dan cucu usaha PT Garuda Indonesia Tbk yang dinilai tak produktif. Anak dan cucu usaha yang terlalu banyak dinilai hanya menambah beban operasional maskapai BUMN itu.
"Kami akan review semua, misal ada anak dan cucu Garuda ada yang tidak produktif, akan kami tutup," ujar Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo usai menggelar pertemuan dengan Menko Maritim Luhut Binsar Pandjaitan di Jakarta, Kamis (13/12).
Kartika menilai garuda Indonesia memiliki terlalu banyak anak dan cucu usaha. Sejauh ini, ia melihat hanya dua perusahaan yang memberikan kontribusi cukup baik, yakni PT Aeorowisata dan PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia (GMFAA).
(Baca: Sebut Garuda Tauberes Indonesia, Erick Thohir Tak Bisa Menahan Tawa)
Kendati demikian, hingga kini pihaknya belum mendapatkan laporan keuangan seluruh anak perusahaan maskapai itu. Adapun Kementerian BUMN akan mengkaji ulang bisnis dan kinerja keuangan dari anak dan cucu usaha BUMN itu sebelum membuat keputusan. "Kami review semua," tegasnya.
Menteri BUMN Erick Thohir sebelumnya tak bisa menahan tawa saat membahas anak dan cucu usaha Garuda Indonesia. Pasalnya, ia baru mengetahui terdapat cucu usaha Garuda Indonesia yang bernama Garuda Tauberes Indonesia.
Erick pun memastikan pihaknya akan mengkaji ulang seluruh anak dan cucu usaha tersebut. Adapun posisi komisaris yang disematkan pada mantan Direktur Utama Garuda Indonesia Ari Askhara di beberapa anak usaha tersebut bakal dicopot.
(Baca: Kementerian BUMN Bakal Batasi Direksi Jabat Komisaris di Anak Usaha )
Selain Aerowisata dan GMF, Garuda Indonesia tercatat memiliki anak usaha, antara lain PT Sabre Travel Network Indonesia, PT Aero Systems Indonesia, PT Citilink Indonesia, dan Garuda Indonesia Holiday France.
Hingga kuartal III 2019, Garuda Indonesia mencatatkan laba bersih US$ 112,42 juta atau sekitar Rp 1,72 triliun. Padahal, pada periode yang sama tahun lalu,, maskapai milik pemerintah ini rugi hingga US$ 114,08 juta.
Perolehan laba tersebut terutama ditopang total pendapatan usaha perusahaan yang tumbuh 9,9% mencapai US$ 3,54 miliar dan beban usaha yang turun 1,9% menjadi US$ 3,28 miliar.