Sinar Mas Agro Incar Pendapatan Rp 38,2 Triliun di 2018
Emiten produsen sawit, PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMART) menargetkan pendapatan bersih tahun ini sebesar Rp 38,2 triliun atau tumbuh 4% dibandingkan dengan realisasi pendapatan tahun lalu sebesar Rp 36,8 trilun. Menurut manajemen perseroan, taget penjualan tahun ini diharapkan terdorong oleh penjualan minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO).
Target yang ditetapkan perusahaan saat ini cenderung konservatif, mengingat harga jual CPO di pasar dunia yang sedang melemah. Penurunan harga CPO setidaknya telah berpengaruh terhadap penurunan pendapatan perusahaan pada kuartal I lalu sebesar 8%.
“Perseroan menargetkan pendapatan tahun 2018 kemugkinan tumbuh sebesar kurang lebih 4% dibandingkan dengan tahun 2017 menjadi Rp 36,8 triliun,” Head of Investor Relation SMART Pinta S. Chandra di Jakarta, Selasa (17/7).
(Baca : APP Sinar Mas Klarifikasi Tudingan Struktur Bisnis dan Pemasok Kayu)
Data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), harga rata-rata CPO dunia per Maret 2018 sebesar US$ 676,2 per metrik ton. Sedangkan, pada Januari, harga CPO global hanya sebesar US$ 652.5 per metrik ton. Pelemahan harga CPO antara lain disebabkan oleh turunnya permintaan minyak sawit di pasar dunia.
Kendati demikian, Pinta menuturkan perusahaaan tetap optimistis menggenjot penjualan ke pasar ekspor. Saat ini setidaknya terdapat empat negara tujuan utama ekspor perusahaan, yakni Singapura, Tiongkok, Thailand, dan India.
Saat ini ekspor dan pasar dalam negeri berkontrubusi hampir seimbang terhadap penjualan produk sawit perusahaan. Pada kuartal I 2018, SMART membukukan volume penjualan ekspor sebanyak 450 ribu ton atau berkontribusi sekitar 49% terhadap total volume penjualan. Sedangkan penjualan dalam negeri menyumbang sekitar 51% atau setara 450 ribu ton.
(Baca juga: RAPP Mengaku Salah dan Akan Perbaiki Rencana Kerja Usaha HTI)
Sementara untuk mendorong ekspansi tahun ini, SMART juga berencana menganggarkan investasi belanja modal (capital expanditure/capex) sebesar Rp 1,5 triliun yang akan digunakan untuk meningkatkan kapabilitas fasilitas bisnis hilir (downstream) dan peremajaan kebun tua.