Elektabilitas Ridwan-UU Unggul di Pilgub Jabar Jelang Pemungutan Suara
Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil - UU Ruzhanul Ulum masih unggul dalam Pilkada Jawa Barat. Jelang pemungutan suara pada 27 Juni 2018, elektabilitas Ridwan-UU sebesar 36,9%.
Hal ini diketahui berdasarkan survei Indo Barometer yang dilakukan pada 7-13 Juni 2018. Survei melibatkan 1.200 responden dengan margin of error sebesar +/- 2,83% dan tingkat kepercayaan 95%. Survei menggunakan metode multistage random sampling dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara tatap muka.
"Hasil survei pada 7 sampai 13 Juni 2018, pasangan tertinggi Ridwan Kamil-Uu," kata Direktur Eksekutif Indo Barometer M. Qodari dalam rilis survei terbaru di Jakarta, Rabu (20/6).
Berdasarkan survei Indo Barometer, elektabilitas Ridwan-UU lebih unggul 6,8% dibandingkan pasangan Deddy Mizwar - Dedi Mulyadi yang mendapatkan elektabilitas sebesar 30,1%.
Adapun, elektabilitas pasangan Sudrajat - Ahmad Syaikhu sebesar 6,1%. Pasangan TB Hasanuddin - Anton Charliyan menempati posisi paling buncit dengan elektabilitas sebesar 5%.
"Masih ada 21,9% responden yang tidak menandai apapun di surat suara," kata Qodari.
(Baca : Survei Indo Barometer: Tergerus Pesaing, Elektabilitas Ridwan-UU Turun)
Ridwan-UU banyak dipilih responden karena dianggap berkinerja baik (60,2%), memiliki program visi dan misi bagus (43,4%), pasangan serasi (61,5%), dapat bekerja sama (59,5%), mampu memajukan Jawa Barat (45,2%), pintar (52,4%). Kemudian, responden juga menilai Ridwan-UU pro rakyat (60,5%), jujur (56,3%) dan berjiwa sosial (43,8%).
Sementara, Deddy-Dedi dipilih lantaran dianggap berpengalaman (57,9%), dekat dengan rakyat (47,2%), serta dapat mengayomi (42,9%). Sudrajat-Syaikhu dipilih karena dianggap amanah (33,3%).
Qodari mengatakan, elektabilitas Ridwan-UU tak berbeda jauh dengan survei sebelumnya yang dilakukan pada 20-26 Maret 2018. Pada survei sebelumnya, elektabilitas Ridwan-UU sebesar 36,7%.
(Baca juga: Survei Pilgub Jabar, Ridwan Kamil-Uu dan Deddy-Dedy Bersaing Ketat)
Sementara pasangan Deddy-Dedi mengalami penurunan elektabilitas dibandingkan survei sebelumnya. Duo DM pada survei lalu mendapatkan elektabilitas sebesar 31,3%.
Sudrajat-Syaikhu juga tak mengalami perubahan elektabilitas signifikan dibandingkan survei lalu. Sebelumnya, elektabilitas Sudrajat-Syaikhu sebesar 5,4%.
Adapun, Hasanuddin-Anton mengalami peningkatan elektabilitas sebesar 1,6% dibandingkan survei sebelumnya. Pada survei 20-26 Maret 2018, Hasanuddin-Anton telah mengantongi elektabilitas sebesar 3,4%.
(Baca juga: Prabowo Bakal "All Out" Dongkrak Suara Sudrajat-Syaikhu di Jabar)
Tak Berpengaruh
Qodari juga menilai pengangkatan Komjen (Pol) Mochammad Iriawan atau Iwan Bule sebagai Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat tak akan mendongkrak elektabilitas pasangan TB Hasanuddin-Anton Charliyan di Pilkada Jawa Barat.
Saat ini banyak yang beranggapan jika pengangkatan Iriawan bepotensi rawan konflik kepentingan karena dinilai dapat membantu pasangan tersebut lantaran dia dan Anton berasal dari Polri. Iriawan merupakan mantan Kapolda Metro Jaya, sementara Anton merupakan mantan Kapolda Jawa Barat.
"Kalau saya belum melihat ada korelasi antara pelantikan Iwan Bule dan pasangan Hasanah (Hasanudin-Anton)," ujar Qodari di Jakarta, Rabu (20/6).
Menurut Qodari, akan sulit bagi Iriawan untuk bisa mendongkrak elektabilitas Hasanuddin-Anton, sebab elektabilitas keduanya hanya sebesar 5%.
Sementara itu, hanya tersisa sepekan jika Iriawan mau mendorong elektabilitas Hasanuddin-Anton. Sebab pemungutan suara Pilkada Jawa Barat akan dilangsungkan pada 27 Juni 2018.
Dia mencontohkan, Sudrajat-Syaikhu yang kerap menggunakan figur eks Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher) untuk kampanye saja kesulitan mendorong elektabilitas. Padahal, kata Qodari, figur Aher digunakan dalam kampanye selama enam bulan terakhir.
"Enam bulan saja tak cukup apalagi satu pekan," kata Qodari.
Qodari menilai, justru pengangkatan Iriawan memunculkan ketegangan baru di tataran elit politik Jawa Barat. Iriawan menjadi kontroversi dan membuat politik di Jawa Barat yang sudah tenang menjadi bergejolak.
"Justru malah jadi isu dan kontroversi baru," kata dia.