PKB Sambut Baik Wacana Risma Gantikan Azwar Anas di Pilgub Jatim
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menyambut baik munculnya wacana Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, menggantikan posisi Azwar Anas sebagai calon wakil gubernur Jawa Timur. Kabar Risma akan maju dalam ajang pilgub Jatim mencuat setelah Abdullah Azwar Anas dikabarkan mundur sebagai pasangan Saifullah Yusuf (Gus Ipul).
"PKB sangat mengapresiasi apabila Risma maju, akan semakin memperkuat posisi calon gubernur Gus Ipul di Jawa Timur," kata Wasekjen PKB Maman Imanulhaq, dihubungi Katadata, Jumat (5/1).
Lebih lanjut Maman mengatakan, apabila Risma ikut meramaikan Pilgub Jawa Timur, akan memudahkan mereka meraih suara rakyat. Risma dianggap telah menunjukkan keberhasilannya dalam menjalankan tugas sebagai Walikota Surabaya.
"Prestasinya dibanggakan, hampir semua warga Surabaya menyukai dia," kata Maman. (Baca: Teka Teki PDIP Tunda Pengumuman Kandidat Pilgub Jawa Tengah)
PKB dan PDIP berkoalisi dalam ajang pemilihan gubernur Jawa Timur. Gus Ipul yang merupakan kader Nadhlatul Ulama (NU) digadang oleh PKB, dan Azwar Anas diusung oleh PDIP.
Maman mengatakan dia mendengar kabar mengenai mundurnya Azwar Anas dan digantikan oleh Risma dari koleganya di PKB. Dia pun menunggu keputusan resmi PDI Perjuangan menyikapi kabar mundurnya Anas.
PDIP rencananya akan mengadakan rapat membahas mengenai kabar mundurnya Anas sore ini. "Kami pun belum menunggu keputusan resmi PDI P," kata Maman.
Kabar mundurnya Azwar Anas berbarengan dengan menyebarnya foto lawas Bupati Banyuwangi tersebut. Pada foto yang beredar, tampak seorang pria mirip Anas memegang kaki perempuan di dalam sebuah mobil. Sebuah botol wine tampak pula di foto tersebut.
(Baca: PDIP Belum Sepakati Pendamping Ridwan Kamil di Pilgub Jabar)
Saat ini, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menegaskan Partai tidak akan mengganti pasangan calon yang sudah ditetapkan. “Sekali keputusan politik diambil, Partai kokoh dan konsisten atas keputusannya, sebab keputusan diambil berdasarkan prinsip sebagai Partai yg menjabarkan ideologi Pancasila.”
Hasto menyatakan dalam ajang pemilihan, kandidat yang berpotensi menang memang cenderung diserang dengan segala cara. “Isu yang sering dipakai adalah masalah moral, melalui rekayasa pelanggaran moral; isu korupsi; dan berbagai isu lainnya termasuk ujaran kebencian dan memecah belah antara calon dan parpol pengusungnya,” kata dia.
Hasto mengatakan, PDIP kemungkinan mengubah pasangan calon bila terjadi force majeure atau hal di luar kendali partai. "Misal calon berhalangan tetap, atau mengundurkan diri karena tidak diijinkan oleh keluarga dekatnya, atau karena kepentingan yang lebih besar sebelum batas akhir pendaftaran,” kata dia.