Keistimewaan Pakaian Adat Madura bagi Wanita Bangsawan
Penggunaan pakaian adat Madura disesuaikan dengan stratifikasi sosial yang berlaku dalam suku Madura. Menurut buku “Madura dalam Selayang Pandang” oleh Abdurrahman, stratifikasi sosial dalam suku Madura meliputi tiga lapis, yaitu:
- Oreng kene’ atau oreng dume’ sebagai lapisan masyarakat yang paling bawah.
- Ponggaba sebagai lapisan masyarakat menengah.
- Parijaji sebagai lapisan masyarakat yang paling atas.
Parijaji terdiri dari para bangsawan, meliputi keturunan langsung para raja di Madura dan orang-orang yang memperoleh hak istimewa dari pemerintah kolonial masa lalu. Para bangsawan diberikan gelar Raden (untuk laki-laki) dan Raden Ayu (untuk perempuan).
Menurut R.Aj. Mayda Istifarini dalam skripsi berjudul “Polarisasi dalam Kehidupan Sosial para Keturunan Bangsawan di Sumenep”, seorang bangsawan menikah dengan sesama bangsawan karena dirasa memiliki tingkatan yang sama dan sepadan dilihat dari segi materi.
Hal tersebut tak hanya untuk menghasilkan keturunan bangsawan. Tetapi, terdapat faktor politik agar keturunannya mewarisi tahta kerajaan. Oleh sebab itu, terdapat kesenjangan sosial yang membuat kaum bangsawan menutup diri dari masyarakat umumnya.
Sesuai lapisan masyarakat tersebut, pakaian adat Madura yang dikenakan wanita bangsawan berbeda dengan wanita dari kalangan rakyat biasa. Wanita bangsawan remaja dan dewasa mengenakan pakaian adat Madura dengan perlengkapan khusus dan makna tersendiri.
Dilansir dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur, berikut penjelasannya.
Pakaian Adat Madura bagi Wanita Bangsawan Dewasa
Wanita dewasa yang tergolong dalam bangsawan mengenakan pakaian adat Madura dengan detail sebagai berikut.
1. Perlengkapan bagian kepala
Rambut disisir ke belakang kemudian digulung dengan gaya bokor nongkep. Bentuknya seperti bokor tengkurap atau seperti gelung tekuk dari Jawa. Pada bagian dalam gelung diberi bunga cempaka putih, melati atau gondosuli.
Gaya rambut ini biasanya dipakai oleh wanita dewasa yang masih muda usia. Untuk yang sudah lanjut usia biasanya memakai gelung mager sereh yang dilengkapi dengan bunga tanjung dan pandan. Sebagai pelengkap, digunakan tusuk konde dari bahan tembaga, bermotif polos, dan berwarna putih.
2. Pakaian bagian atas
Kebaya tanpa kutu baru dikenakan sebagai baju. Bahannya terbuat dari tenun dan voile serta bermotif polos. Warnanya tergantung pada kesukaan pemakai. Biasanya cenderung warna gelap.
Panjang kebaya untuk bangsawan wanita menutupi bagian pangkal paha. Berbeda dengan kebaya orang desa yang panjangnya di atas pangkal paha. Kebaya dilengkapi perhiasan paneti rantai yang terbuat dari emas dengan motif gung atau jagung.
Kebaya yang menutupi bagian pangkal paha dari tubuh wanita bangsawan melambangkan kewibawaan, kharisma, dan kebaikan. Sopan santun dan tata krama yang diterapkan oleh orang tua para bangsawan sampai sekarang masih dilakukan oleh keturunannya.
Contohnya tradisi nyong kem (menyembah) terhadap orang yang lebih tua yang dilakukan oleh para remaja maupun wanita dewasa dari kalangan bangsawan.
3. Pakaian bagian bawah
Bagian bawah pakaian adat Madura bagi wanita bangsawan menggunakan kain batik tulis atau sarung khas Madura. Bahannya terbuat dari kain katun, motifnya suruh dengan warna dasar merah. Ukuran kain sekitar 2 x 110 m.
Pada bagian pinggang dikenakan ikat pinggang dan memakai setagen dari bahan kain tenun, tidak bermotif, dan berwarna hitam. Alas kaki yang digunakan adalah sandal ceplek yang terbuat dari kulit sapi, tidak bermotif, dan berwarna hitam atau kecokelatan.
4. Perhiasan
Perhiasan yang digunakan sebagai pelengkap pakaian adat adalah:
- Hiasan telinga: Anteng shentar penthol yang terbuat dari bahan emas, bermotif polos, berwarna kekuningan, dan bentuknya seperti biji jagung.
- Hiasan leher: Kalung emas dengan motif montemonan atau rantai berwarna kekuningan dan bentuknya seperti biji mentimun kecil.
- Hiasan jari: Cincin (Serser) dari bahan emas dengan mengambil motif tebu saeres. Warnanya kekuningan dan bentuknya seperti keratan tebu melingkar.
- Hiasan tangan: Gelang dari bahan emas,dengan motif pale obi, tebu saeres atau tretes dan warnanya kekuningan.
Cara memakai pakaian diawali dengan mengenakan kain batik. Sebagai penguat kain memakai ikat pinggang. Setelah itu baru mengenakan kebaya. Pakaian ini berfungsi sebagai pakaian sehari-hari di rumah.
Arti Simbolis Pakaian Adat Madura bagi Wanita Bangsawan
Setiap unsur yang dikenakan dalam pakaian adat Madura bagi wanita bangsawan memiliki arti simbolis sebagai berikut.
1. Penggunaan bunga
Pemakaian bunga di rambut adalah sebagai hiasan sekaligus pewangi. Bau bunga dianggap dapat memberikan ketenangan dan ketenteraman. Bunga ini diambil dari sekitar rumah wanita. Oleh sebab itu, rumah para bangsawan biasanya penuh dengan tanaman bunga.
2. Motif sayap burung
Arti motif sayap burung pada kain diambil dari unsur burung garuda yang melambangkan pengayoman dan perlindungan. Karena wanita bangsawan termasuk dalam lapisan masyarakat paling atas, mereka memberi suatu rasa perlindungan bagi rakyatnya.
3. Perhiasan emas
Perhiasan emas yang dipakai oleh wanita bangsawan cenderung tidak mencolok, tetapi kecil karena ini merupakan simbil strata sosial antara kaum bangsawan dan rakyat biasa. Wanita bangsawan mempunyai suatu falsafah yang kuat, yaitu tidak boleh memburu nafsu keduniawian berupa benda.
Demikian pembahasan mengenai pakaian adat Madura untuk wanita bangsawan.