8 Destinasi Wisata Tangerang, dari Sungai Sampai Vihara
Tangerang menjadi salah satu kota padat dengan jumlah penduduk sebanyak 1,89 juta jiwa pada 2020. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk (SP) kepadatan penduduk kota berjuluk 'Kota Benteng' ini mencapai 11.519,21 jiwa per km persegi pada 2020.
Bersamaan dengan penuhnya jumlah penduduk, aktivitas perkotaan pun semakin riweuh. Tak jarang penduduk setempat menyempatkan diri untuk bersantai sejenak dengan menjajal sejumlah destinasi wisata Kota Tangerang.
Namun, sebelum membahas lebih lanjut terkait destinasi wisata Tangerang, mari menilik sejenak sejarah Kota Tangerang.
Sekilas tentang Tangerang
Mengutip tangerangkab.go.id, kata Tangerang mempunyai arti tugu, yang oleh masyarakat setempat lazim disebut benteng atau batas daerah, wilayah yang dikuasai oleh Kesultanan Banten. Istilah Tangerang sebagai nama daerah baru dikenal masyarakat luas sekitar tahun 1712.
Seiring pemekaran wilayah dengan terbentuknya pemerintah Kota Tangerang pada 27 Februari 1993 berdasarkan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1993, pusat pemerintahan Kabupaten Tangerang pindah ke Tigaraksa. Pemindahan ibu kota ke Tigaraksa dinilai strategis, karena menggugah kembali cita-cita dan semangat para pendiri untuk mewujudkan sebuah tatanan kehidupan masyarakat yang bebas dari belenggu penjajahan.
Wisata Tangerang
Kota Tangerang memiliki banyak potensi wisata dan budaya yang menjadi magnet bagi para wisatawan, baik lokal maupun asing untuk berkunjung. Adapun potensi wisata tersebut, di antaranya wisata sejarah, religi, dan wisata alam.
Di samping itu, Kota Tangerang juga dihiasi dengan banyaknya landmark kota, seperti taman-taman kota dan festival seni budaya yang atraktif.
Meneruskan catatan Situs Resmi Pemerintah Kota Tangerang, berikut sejumlah destinasi wisata Tangerang yang layak dikunjungi.
1. Cisadane Flying River Deck
Cisadane Flying River Deck berada di Jalan Kalipasir Indah. River Deck memiliki panjang kurang lebih 100 meter dan seolah mengapung di atas sungai. Sebagian area wisata ini sejuk dan rindang.
Selain itu, Cisadane Flying River Deck menyediakan tempat duduk untuk wisatawan beristirahat serta karya seni kontemporer yang dapat dimanfaatkan untuk berswafoto.
Pada zaman dahulu, sungai ini dijadikan sebagai jalur transportasi perdagangan dari berbagai daerah sekaligus menjadi sumber mata pencaharian masyarakat.
Flying Deck Cisadane merupakan jalan setapak yang berada di Jalan Kali Pasir, Babakan, yang dibangun oleh Dinas Pemuda, Olahraga, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif Kota Tangerang pada 2016. Untuk berkunjung ke destinasi wisata yang satu ini, pengunjung tidak dipungut biaya. Sebagai fasilitas umum, masyarakat diminta untuk tetap menjaga kebersihan sekitar area wisata.
2. Vihara Boen Tek Bio
Boen Tek Bio memiliki arti 'kebijakan setinggi gunung dan sedalam laut'. Destinasi wisata yang satu ini merupakan rumah ibadah umat Buddha tertua di Tangerang yang dibangun pada 1684.
Selain sebagai tempat ibadah, Vihara Boen Tek Bio sering digunakan untuk aktivitas pendidikan, kegiatan sosial, seni dan budaya, seperti perlombaan perahu naga, Barongsai dan Liong yang dikemas dalam perayaan Peh Cun.
Kelenteng ini tampak mencolok dengan dominasi warna merah terangnya. Pada bagian atap utamanya menampakan sepasang naga yang tengah mengapit mutiara menyala. Selain itu, terdapat lampion-lampion merah yang bergelantungan.
Mengutip Indonesia Kaya, tempat ibadah ini menghadap ke selatan. Jika masuk ke halaman depan yang berubin merah, pengunjung akan disambut oleh dua patung singa dari batu andesit abu-abu. Menara pembakaran kertas sembahyang bercat merah berada di sisi kanan dan kiri halaman.
Di bagian tengahnya terdapat pedupaan atau hiolo utama. Pendupaan ini merupakan tempat pembakaran hio bagi Dewa Langit. Sementara, bangunan utamanya terdiri dari ruang dewa utama yang dikelilingi oleh serambi bagi dewi-dewi pendukung.
3. Masjid Raya Al Azhar
Masjid yang satu ini merupakan rumah ibadah umat Islam terbesar dan termegah di Kota Tangerang. Selain sebagai tempat ibadah beberapa wisatawan sering berkunjung untuk menyaksikan secara langsung keindahan masjid ini.
Masjid Raya Al Azhar merupakan satu-satunya masjid di Indonesia dengan desain kubah tanpa tiang sebagai penyangga. Desain atap masjid ini menerapkan kogurasi lima kubah bertumpuk yang melambangkan lima rukun Islam dan salat lima waktu.
4. Masjid Pintu Seribu
Masjid Pintu Seribu terletak di Kampung Bayur, Kecamatan Priuk, Kota Tangerang. Rumah ibadah ini mengadopsi arsitektur dari Mekah dan didominasi warna emas, hijau, hitam dan putih.
Masjid dengan nama asli Masjid Agung Nurul Yaqin ini merupakan bangunan bersejarah yang dibangun oleh Syekh Al-Bakhir Mahdi pada 1978 dan menghabiskan dana hingga Rp 19 miliar.
Di setiap lorongnya, terdapat angka 999 dan tiga makam yang letaknya tidak jauh dari tempat salat. Salah satu makam tersebut ialah milik ulama besar Sayyid Syekh Abdull Qodir Al Jaelani.
5. Masjid Kali Pasir
Masjid yang terletak di sebelah timur bantaran Sungai Cisadane, tepatnya di sekitar pemukiman warga Tionghoa di Kelurhaan Sukasari ini merupakan masjid tertua di Kota Tangerang.
Dengan arsitektur bergaya Cina, Masjid Kali Pasir menjadi cerminan kerukunan antar umat bergama masyarakat Kota Tangerang. Hingga saat ini, masjid yang sudah berusia ratusan tahun ini masih dijadikan tempat ibadah.
6. Bendungan Pintu Air
Salah satu ikon Kota Tangerang ini merupakan warisan pemerintah Hindia Belanda dan menjadi unsur penting kehidupan masyarakat setempat.
Bendungan yang juga dikenal dengan nama Bendungan Sagego ini memiliki sepuluh pintu air yang lebarnya maing-masing 10 meter. Bendungan ini dibangun pada 1927 dan membutuhkan waktu hingga lima tahun sebelum mulai dioperasikan.
Pintu-pintu air di bendungan ini masih digerakan oleh mesin-mesin tua HEMAAF yang merupakan warisan asli Belanda dan berkekuatan 6000 watt.
7. Sungai Cisadane
Sungai ini menjadi sungai terbesar yang membelah wilayah Kota Tangerang, sekaligus menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat. Selain sebagai sumber air baku, Sungai Cisadane berfungsi sebagai sarana rekreasi bagi warga.
Mengutip tkcmindonesia.co.id, fluktuasi aliran Sungai Cisadane bergantung pada curah hujan di daerah tangkapannya. Aliran yang tinggi terjadi saat musim hujan dan menurun ketika musim kemarau.
Saat ini, Sungai Cisadane dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air bagi industri, irigasi dan air minum di wilayah ini. Namun demikian, peningkatan pencemaran akibat kegiatan industri dan domestik membuat pengolahan air menjadi semakin mahal dan sulit dilakukan.
8. Sungai Cipondoh
Sesuai namanya, sungai ini mengalir bebas di Kecamatan Cipondoh dan Pinang, Kota Tangerang dengan luas sekitar 50 hektare. Sejak dahulu, situ Cipondoh merupakan kawasan luas dan memiliki karakteristik sebagai situ dan berfungsi hidrologis sebagai tandon air di wilayah tersebut, sekaligus sebagai reservoir dan tempat wisata.