Perusahaan Migas Diminta Terapkan EOR, Pengamat Usulkan Metode Sumuran
Dalam rapat koordinasi sektor migas di Kantor Kementerian Koordinator bidang Maritim, Jakarta, Senin (2/12), pemerintah meminta para kontraktor migas kelas kakap untuk segera menerapkan teknologi enhance oil recovery (EOR) mulai tahun depan untuk mendongkrak produksi.
Dalam rapat yang dihadiri Kementerian ESDM, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan meminta perusahaan migas agar segera menyiapkan program kerja EOR.
Program kerja tersebut meliputi penentuan lokasi lapangan migas, sumur serta kendala yang kemungkinan dihadapi dalam pelaksanaan EOR. Pengamat migas dari ITB Tutuka Ariadji menyarankan agar penerapan EOR dilakukan dengan metode sumuran. Adapun metode sumuran yaitu penerapan EOR yang dilakukan pada sejumlah sumur secara bersamaan.
Hal ini diyakini dapat mendongkrak produksi minyak dengan cepat dan lebih efektif daripada metode EOR per sumur yang dilakukan selama ini. "Dalam waktu satu tahun sudah (bisa) terlihat kenaikan produksinya. Harus dilakukan agak banyak, masif. Harus ada planing full field," ujarnya saat ditemui di Gedung Kemenko Maritim.
(Baca: Luhut: Teknologi EOR dapat Sedot Minyak hingga 1,6 miliar Barel)
Dia pun menyarankan agar perusahaan migas merencanakan EOR untuk full field tapi menggunakan metode sumuran. Metode ini menurutnya hanya akan menggunakan biaya operasional (operating expense/opex). "Kalau sudah berkembang, sudah ada hasilnya, baru itu full field ada biaya disitu," jelas Tutuka.
Teknologi EOR memang digadang-gadang bisa mendongkrak produksi minyak. Chevron telah melakukan uji coba teknologi tersebut dengan menginjeksi bahan kimia ke sumur minyak di Lapangan Minas, Blok Rokan. Hasilnya, terdapat potensi produksi minyak hingga 100 ribu barel per hari.
Dengan asumsi tersebut, pada 2024, produksi Blok Rokan seharusnya bisa meningkat dan mencapai 500 ribu barel per hari sesuai dengan proposal Pertamina kepada pemerintah.
Blok Rokan merupakan blok minyak terbesar kedua di Indonesia dengan luas 6.220 km persegi. Dari total 96 lapangan, tiga lapangan di antaranya berpotensi menghasilkan minyak sangat baik yaitu Duri, Minas dan Bekasap.
(Baca: SKK Migas Ingin Pertamina EP Terapkan EOR Full Scale di Lapang Tanjung)
Meski begitu, salah satu lapangan di blok tersebut yakni Lapangan Minas sangat berat untuk diterapkan EOR karena mengandung jumlah air yang cukup besar. Tutuka pun menyarankan agar penerapan EOR di Blok Rokan bisa dilakukan di lapangan yang lebih mudah terlebih dahulu.
Hal ini terkait rencana Pertamina EP untuk mengebor satu sumur di Blok Rokan tahun depan. Rencana tersebut sudah disepakati dengan Chevron Pacific Indonesia (CPI) yang saat ini menjadi operator Blok Rokan.
"Indonesia belum pengalaman dalam hal yang sangat sulit seperti itu. Kita ya national company. Mending yang lebih mudah dulu seperti Bekasap, jangan di Minas," kata Tutuka.
(Baca: Luhut Ingin Pertamina Investasi Lebih Awal di Blok Rokan)