Borneo Olah Sarana Tingkatkan Produksi Meski Harga Batu Bara Turun
PT Borneo Olah Sarana Sukses Tbk (BOSS) mencatat, rata-rata produksi batu bara 75 ribu ton per bulan hingga Juli 2019. Perseroan menargetkan produksinya mencapai 500 ribu ton hingga akhir tahun ini.
Target tersebut meningkat 200% dibanding realisasi produksi tahun lalu. Direktur Keuangan BOSS Widodo Nurly Sumady mengatakan, perusahaannya tetap akan meningkatkan kinerja meski tren harga batu bara menurun.
Peningkatan produksi tetap dilakukan, karena permintaan batu bara 6.300 calori per kilogram (kg) atau kalori tinggi cukup stabil. Harga premium komoditas ini di atas rata-rata US$ 70 per metrik ton (MT).
(Baca: Ada PLTU Mulai Beroperasi, PLN Butuh 109 Juta Ton Batu Bara di 2020)
Selain itu, ada penambahan komposisi penjualan batu bara kalori tinggi. Hal itu karena ada pembeli baru dari Jepang yaitu Itocho dan Banpu Group. "Dari sisi penjualan, batu bara BOSS bahkan sudah dipesan oleh para pembeli sampai tahun depan,"kata dia dalam siaran pers, Kamis (15/8).
Pada Semester I 2019, BOSS membukukan penjualan bersih Rp 172,9 miliar atau meningkat 28% dibanding periode sama tahun lalu (year on year/yoy), yang senilai 135 miliar. Laba kotor perseroan tercatat Rp 68,43 miliar. Laba ini naik 19% dibanding Kuartal II 2018 yang sebesar Rp 57,68 miliar.
Sebagai informasi, Harga Batu Bara Acuan (HBA) untuk kalori 6.322 pada bulan ini sebesar US$ 72,67 per ton. Sedangkan pada tahun lalu harganya bisa mencapai US$ 100 per ton.
(Baca: Harga Batu Bara Agustus Naik Disokong Permintaan Tiongkok dan Korea)
Pergerakan harga batu bara yang turun tersebut disebabkan oleh kebijakan Tiongkok yang membatasi impor. Negara Tirai Bambu itu meningkatkan produksi batu bara untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Faktor lainnya, batu bara dari Rusia mulai memasuki pasar Asia. Selain itu, harga batu bara yang turun ini disebabkan oleh perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok.
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi mengatakan, penurunan HBA juga dipengaruhi oleh pembatasan impor batu bara oleh India. "India membatasi impor, sebab beberapa pabrik keramik ditutup sementara karena alasan lingkungan," kata dia, awal Juli lalu.
(Baca: Harga Batu Bara Merosot, Adaro dan Bukit Asam Pertahankan Produksi)