Bantah Investasi Hulu Migas Stagnan, Arcandra Tunjuk Data 2017-2018
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Acandra Tahar membantah anggapan bahwa investasi sektor hulu migas saat ini tidak ada peningkatan atau stagnan. Sebaliknya, dia mengatakan investasi hulu migas mengalami peningkatan dalam dua tahun terakhir.
Arcandra mengungkapkan hal ini dalam kelompok diskusi terarah atau focus group discussion (FGD) yang diselenggarakan Media Indonesia. Dalam forum diskusi tersebut, moderator menanyakan pendapat Arcandra mengenai anggapan banyak orang mengenai investasi hulu migas yang cenderung stagnan.
(Baca: Walau Tak Capai Target, Investasi Migas 2018 Meningkat 11,8%)
Dia mengatakan investasi hulu migas memang sempat mengalami stagnansi pada 2015 dan 2016. Namun setelah itu, investasinya mulai bangkit dan mengalami peningkatan. "Mari kita lihat 2015. Kami tawarkan eksplorasi dengan cost recovery tidak ada yang laku, 2016 tidak ada yang laku. Kemudian pada 2017 laku lima dan 2018 laku sembilan. Apakah ini yang dinamakan stagnan?,” ujarnya dalam acara tersebut di Jakarta, Senin (4/3).
Seharusnya, kata Arcandra, kondisi hulu migas sebelumnya cukup dijadikan pengalaman dan tak perlu dibahas lagi. Kini, pembahasannya adalah bagaimana melihat dan memperbaiki iklim investasi migas ke depan. (Baca: Upaya Mendongkrak Investasi Migas yang Anjlok Tiga Tahun Terakhir)
Menurutnya, pemerintah selalu berusaha melakukan inovasi dalam hal perbaikan investasi, baik yang berwujud teknologi maupun kebijakan. Perbaikan ini dilakukan agar iklim investasi migas di Indonesia dapat terus kompetitif. Dia mencontohkan upaya yang dilakukan pemerintah pada 2017. Untuk pertama kalinya, Indonesia mengubah sistem fiskal pengelolaan hulu migas dari cost recovery menjadi gross split.
Untuk diketahui, dalam beberapa tahun belakangan ini, investasi di sektor hulu minyak dan gas bumi (migas) diakui memang masih rendah. Hal ini diindikasikan dengan tidak menariknya iklim bisnis migas bagi para investor. (Baca: Pacu Investasi, Perusahaan Migas Dorong Perluasan Pembukaan Data)
Berdasarkan data dari Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) yang dipaparkan oleh Dirjen Anggaran, Kemenkeu, Askolani saat sesi diskusi. Realisasi investasi hulu minyak dan gas bumi terus mengalami penurunan sejak 2014. Saat itu investasi hulu migas mencapai US$19,23 miliar. Setahun berikutnya turun menjadi US$14,77 miliar. Kemudian tahun 2016 hanya US$11,02. Lalu tahun 2017 mencapai titik terendah yakni hanya US$ 10,07 miliar.
Menurunnya realisasi investasi ini berbanding terbalik dengan pengembalian biaya operasi (cost recovery) yang dibayarkan negara kepada kontraktor kontrak kerja sama (KKKS). Pembayaran cost recovery lebih tinggi pada tahun 2016, sebesar US$12 miliar dan 2017 sebesar US$11,6 miliar. Secara langsung, nilai investasi migas defisit dibandingkan biaya operasi yang dikembalikan kepada KKKS.