Pelaku Industri Tambang Dorong Peningkatan Eksplorasi dan Hilirisasi
Katadata - Para pelaku industri pertambangan ingin mendorong peningkatan eksplorasi di Indonesia untuk menemukan cadangan-cadangan baru. Upaya ini penting untuk mengamankan produksi di masa depan, sekaligus melakukan hilirisasi produk tambang sehingga bernilai tambah bagi perusahaan dan perekonomian. Di sisi lain, pelaku industri berharap masyarakat dapat lebih mengenal dan merasakan manfaat dari usaha pertambangan.
Sukmandaru, Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), menyatakan penemuan cadangan baru terus menurun dalam beberapa tahun terakhir. Padahal, berbagai produk tambang semakin dibutuhkan seiring dengan upaya pemerintah mendorong hilirisasi di dalam negeri untuk meningkatkan perekonomian dan menekan defisit neraca perdagangan.
Ada berbagai faktor penyebabnya. Salah satunya adalah minimnya kegiatan eksplorasi terkait peraturan-peraturan yang kurang menarik di mata para pengusaha tambang dan junior mining. Misalnya, batasan kepemilikan asing sebesar maksimal 75% atau masa izin penambangan yang kurang panjang yaitu hanya 20 tahun sampai 40 tahun.
(Baca: Investasi Mineral dan Batu Bara Tahun 2018 Meleset dari Target)
Sementara itu, sektor pertambangan memberikan banyak manfaat, baik untuk penerimaan negara serta masyarakat. Berdasarkan data Kementerian Keuangan, realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) atas sektor mineral dan batu bara pada tahun 2018 mencapai Rp. 46,6 triliun.
Selain itu, manfaat tambang dalam kehidupan sehari-hari dapat diamati secara mudah, seperti pada produk mineral tembaga yang dimanfaatkan sebagai bahan dasar terbaik penghantar listrik (konduktor), batu bara sebagai bahan bakar pembangkit listrik, dan aluminium untuk industri packaging. Ada pula, besi dan baja untuk infrastruktur, nikel sebagai bahan baterai isi ulang, termasuk juga emas dan perak.
“Begitu besarnya potensi sektor pertambangan di Indonesia, hingga sektor ini menjadi salah satu penyumbang utama PNBP di APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) kita,” kata Ketua Indonesian Mining Association (IMA) Ido Hutabarat, dalam pembukaan acara “Mining for Life” di Museum Geologi, Bandung, Sabtu (19/1).
(Baca: Prospek Bisnis Batu Bara 2019: Kepastian Hukum Jadi Tantangan Utama)
Revolusi industri 4.0
Acara yang diinisiasi sejumlah perusahaan tambang di Indonesia yang tergabung dalam IMA tersebut bertujuan mengenalkan dan lebih mendekatkan sektor pertambangan kepada masyarakat luas. ”Ini diharapkan bisa memberikan gambaran positif mengenai pertambangan melalui peran dan praktik-praktik pertambangan yang benar dan berkelanjutan (sustainable and good mining practice),” ujar Ido.
Sukmandaru menambahkan, evolusi industri pertambangan membawa peradaban kehidupan manusia ke era sekarang – revolusi industri 4.0. Hampir seluruh aspek dalam kegiatan sehari-hari dipermudah dengan adanya elemen yang dihasilkan oleh tambang. Industri pertambangan juga mampu meningkatkan taraf ekonomi masyarakat di sekitarnya secara signifikan, karena tingginya penyerapan sumber daya manusia.
Dalam acara itu, Sekretaris IMA Tony Wenas juga menyatakan, selama ini banyak pihak yang menilai industri tambang sebagai kegiatan eksploitasi lingkungan semata. Padahal, kegiatan ekplorasi dan eksploitasi selalu berjalan seiring dengan pengelolaan lingkungan, seperti reklamasi.
“Untuk dapat melakukan aktivitas pertambangan, perusahaan wajib tunduk pada rangkaian prosedur pertambangan berkelanjutan yang diawasi dengan ketat oleh pemerintah,” kata Tony, yang juga Dorektur Utama PT Freeport Indonesia. Prosedur tersebut juga disusun serta diterapkan sesuai dengan standar internasional yang berlaku di seluruh dunia.
(Baca: Pertamina, Bukit Asam dan Air Product Setuju Membuat Pabrik Gasifikasi)
Ia pun menilai, berbagai perusahaan tambang di Indonesia justru berkomitmen tinggi menjaga kelestarian lingkungan sekitarnya. Namun, persoalannya adalah masyarakat lebih familiar dengan beberapa aktivitas pertambangan yang dikelola secara tidak bertanggung jawab.
Hilirisasi tambang
Sementara itu, Direktur Utama PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) Budi Gunadi Sadikin menekankan pentingnya hilirisasi di industri pertambangan untuk memberikan nilai tambah bagi perekonomian. Saat ini, berdasarkan data tahun 2016, sektor pertambangan berkontribusi 7,2% terhadap pertumbuhan ekonomi atau Produk Domestik Bruto (PDB).
Jika dilakukan hilirisasi maka kontribusi industri pertambangan terhadap perekonomian nasional semakin besar. Sebagai contoh, hilirisasi pertambangan di Amerika Serikat (AS) berkontribusi sekitar 4,63% terhadap PDB atau lima kali lipat dibandingkan produk tambang mentah.
“Kalau Bapak Joko Widodo (Presiden) ingin pertumbuhan ekonomi 7% lebih, itu bisa dilakukan dengan memacu hilirisasi industri pertambangan,’ kata Budi. Ia mencontohkan beberapa hilirisasi yang tengah dan akan dilakukan Inalum sebagai induk usaha (holding) tiga BUMN sektor tambang. Antara lain, batu bara untuk pasokan pembangkit listrik mulut tambang dan gasifikasi, bauksit untuk aluminium dna kreamik serta nikel yang jadi bahan baku baterai.
(Baca: Inalum Sebut Penerimaan Negara dari Freeport akan Meningkat )
Di sisi lain, Anita Avianty selaku Ketua Komite Public Relations IMA menjelaskan, gelaran Mining for Life ini diisi dengan serangkaian acara meliputi: pameran foto, instalasi dan video informatif mengenai praktik pertambangan yang baik dan bertanggung jawab, kompetisi media sosial, kompetisi vlog stand-up comedy, dan diskusi bersama para CEO perusahaan tambang dengan pimpinan media massa.
“Tujuan kami memberikan pemahaman tentang manfaat tambang pada kehidupan sehari-hari melalui pendekatan populer sehingga akan mudah dipahami oleh masyarakat termasuk juga generasi millenial,” katanya.