Setiap Harga Minyak ICP Naik US$ 1, Beban PLN Bertambah Rp 268 Miliar
PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero) membeberkan sensitivitas nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing (kurs) dan harga minyak Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) ke beban keuangan. Dua faktor ini menjadi penting untuk menjaga keuangan PLN tetap sehat.
Kepala Divisi Pengadaan Bahan Bakar Minyak dan Gas Bumi PLN Chairani Rachmatullah mengatakan setiap pelemahan rupiah sebesar Rp 100 per dolar Amerika Serikat, maka beban PLN bertambah Rp 1,2 triliun. Sementara jika setiap kenaikan ICP sebesar US$ 1 per barel, maka beban keuangan PLN bertambah sebesar Rp 268 miliar.
ICP memiliki sensitivitas karena pembangkit PLN masih menggunakan minyak. Selain itu, harga gas bumi juga mengacu pada ICP. Jadi, ini membuat Biaya Pokok Penyediaan (BPP) kelistrikan yang dihasilkan PLN juga meningkat.
Harga gas bumi yang dibeli PLN untuk kelistrIkan mengacu Peraturan Menteri ESDM Nomor 45 tahun 2017. Di aturan itu PLN bisa membeli gas melalui pipa di pembangkit listrik paling tinggi 14,5% dari ICP.
Jadi, jika ICP US$ 100 per barel, maka harga gas yang dibeli PLN dari produsen sebesar 14,5% dari ICP, atau sebesar US$ 2,48 per mmbtu. Sementara jika harga minyak US$ 60 per barel, PLN bisa membeli gasnya dengan harga US$ 1,33 per mmbtu.
Adapun BPP nasional tahun 2017 sebesar Rp 1.025 per kwh. Menurutnya baru beberapa provinsi saja yang BPP nya sudah di bawah BPP nasional, misalnya provinsi yang ada di Jawa dan Bali. Sementara di luar Jawa seperti Aceh, Kalimantan Timur masih memiliki BPP yang lebih tinggi dari nasional tahun ini.
Di sisi lain, Tarif Dasar Listrik (TDL) untuk tegangan rendah (TR) saat ini masih tetap yakni Rp 1.467,28 per kilo watt hour (kwh). Tarif ini tidak berubah hingga akhir tahun ini. Ini akan berdampak pada keuangan perusahaan. "Komitmen pemerintah tarif listrik tidak boleh naik, sehingga subsidi listrik harus turun, sementara harga bahan bakar gas dikunci," kata dia di acara lokakarya, Jakarta, Kamis (1/11).
Dengan kondisi itu, Chairani menyimpulkan PLN tetap mengalami kerugian karena masih banyak provinsi yang BPPnya lebih tinggi dari nasional.
Untuk meminimalisir kerugian, PLN menggunakan pembangkit batu bara dalam menghasilkan listrik. Apalagi pemerintah sudah memberikan harga khusus untuk PLN terkait batu bara untuk kebutuhan listrik. "Batu bara kita melimpah. Kalau kami putuskan untuk memakai gas, terus batu bara kita dibeli siapa," kata Chairani.
(Baca: Faktor Rupiah dan Harga Energi, Rugi PLN dalam 3 Bulan Meroket Rp 13 T)
Sebagaimana diketahui, PLN merugi Rp 18,4 triliun selama sembilan bulan terakhir. Alasannya, kerugian itu hanya ada dalam pembukuan bukan secara operasional.