Pertamina Mulai Tawarkan Obligasi Dolar ke Empat Negara
PT Pertamina (Persero) mulai menawarkan obligasi global ke empat negara. Penerbitan obligasi ini dalam rangka mencari pendanaan untuk investasi jangka panjang perusahaan termasuk sektor hulu minyak dan gas bumi (migas) serta panas bumi.
Direktur Keuangan Pertamina Pahala N. Mansury membenarkan bahwa Pertamina menawarkan global bond tersebut ke empat negara. "Benar hari ini kami roadshow," kata dia kepada Katadata.co.id, Senin (22/10).
Empat negara tersebut adalah Amerika Serikat, Singapura, Hongkong, dan London. Namun sayang ia belum mau merinci berapa besar surat utang yang akan diterbitkan pihaknya.
Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno mengatakan penerbitan global bond (surat utang berdenominasi dolar Amerika Serikat) ini karena Pertamina harus membayar bonus tanda tangan Blok Rokan sebesar US$ 783 juta. Jadi, perusahaan pelat merah itu butuh dana dalam bentuk dolar.
Dengan penerbitan global itu, harapannya bisa mendapatkan dana dari bank luar negeri. Apalagi pinjamannnya dalam bentuk mata uang Dolar Amerika Serikat.
Selain bonus tanda tangan, Pertamina harus membayar jaminan pelaksanaan sebelum menandatangani kontrak baru Blok Rokan. Jaminan pelaksanaan yang harus dibayar sebesar 10% dari komitmen pasti sebesar US$ 500 juta.
Sementara itu, lembaga Fitch Rating menilai keuangan Pertamina saat ini akan tertekan. Penyebabnya adalah kebijakan menahan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Solar dan Premium.
Sementara itu, berdasarkan publikasi Fitch Rating, EBITDA (Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization) atau pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisas Pertamina sepanjang tahun 2018 akan turun di bawah US$ 6 miliar. Padahal, tahun 2017 bisa mencapai US$ 6,9 miliar.
Bahkan menurut Fitch, peringkat membayar utang Pertamina terancam memburuk jika tidak ada perubahan dari segi kebijakan. “Profil kredit mandiri Pertamina dari 'BBB-' dapat melemah jika tidak ada peningkatan profitabilitas hilir, terutama mengingat program ekspansi besar,” dikutip dari siaran pers Fitch, Selasa (16/10).
(Baca: Disorot Fitch, Pertamina Akui Laba Bersih Tahun Ini Turun)
Seperti diketahui, level BBB- adalah yang terendah dalam status layak investasi. Jika, rating itu diturunkan, Pertamina bisa menjadi tak layak investasi.