Keputusan Kontrak Blok Brantas dan South Jambi B Terancam Dibatalkan
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memberi batas waktu kepada kontraktor Blok Brantas dan Blok South Jambi B untuk menyelesaikan persyaratan kontrak. Ini karena penandantangan dua blok sudah mundur beberapa kali. Padahal kontrak akan berakhir tahun 2020.
Dua blok migas itu hingga kini belum melunasi bonus tanda tangan dan jaminan pelaksanaan yang menjadi syarat penandantangan kontrak. "Kami berikan waktu hingga akhir bulan ini paling telat," kata Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM, Djoko Siswanto di Jakarta, Jumat (13/7).
Bonus tanda tangan Blok Brantas mencapai US$ 1 juta. Komitmen kerja pasti lima tahun pertama blok ini dipatok sebesar US$ 115 juta.
Setelah kontrak berakhir, Blok Brantas tetap dikelola kontraktor eksisting. Adapun operator blok Brantas saat ini adalah Lapindo Brantas Inc dengan hak kelola 50%, sementara mitra eksistingnya adalah PT Prakarsa Brantas sebesar 32% dan Minarak Labuan Co, Ltd sebesar 18%.
Dalam kontrak baru Blok Brantas nanti, bagi hasil minyak di blok ini 47% untuk kontraktor, sisanya pemerintah. Sementara gas yang jadi bagian kontraktor sebesar 52% sisanya untuk pemerintah..
Adapun untuk Blok South Jambi B, bonus tanda tangannya ditetapkan US$ 5 juta. Sementara komitmen kerja pasti lima tahun pertama blok ini dipatok sebesar US$ 32,750 juta.
Blok ini akan diserahkan kepada PetroChina. Bagi hasil gas untuk kontraktor di blok ini sebesar 53%, sisanya untuk pemerintah.
Jika sampai akhir bulan Juli, kedua kontraktor belum bisa menyelesaikan persyaratan kontrak, keduanya tidak akan mendapatkan blok tersebut. "Ditarik saja," kata Djoko.
Legal Manager Lapindo Deddy R. Putra mengatakan pihaknya masih mempersiapkan syarat administratif sebelum menandatangani kontrak Blok Brantas. "Sepanjang waktu juga sedang intens daily meeting dengan seluruh interest holder guna penyelesaian administratif tersebut," kata dia kepada Katadata.co.id, Jumat (13/7).
(Baca: Lapindo Ajukan Perpanjangan Kontrak Blok Brantas Hingga 2040)
Sementara itu PetroChina belum berkomentar mengenai hal tersebut. Vice President Supply Chain Management & Operation Support PetroChina Gusminar belum membalas pesan yang disampaikan.