Membedah Delapan Blok Migas yang Akan Mendongkrak Aset Pertamina
4. Blok Tengah
Blok ini memiliki luas 1.534 km2 dan terletak di lepas pantai di Kalimantan Timur. Lokasi blok ini berdekatan dengan Blok Mahakam, makanya pemerintah pun menyetujui penggabungan dua blok ini.
Kontrak Blok Tengah ditandatangani 5 Oktober 1988 untuk jangka waktu 30 tahun. Blok ini mulai berproduksi 27 November 2007. Tahun 2016, produksi blok ini mencapai 3,5 ribu barel setara minyak per hari (bsmph).
Kontraktor di Blok Tengah terdiri dari anak usaha PT Pertamina (Persero), PT Pertamina Hulu Energi (PHE) dengan hak kelola sebesar 50 %. Selain itu ada Total E&P Indonesie sebesar 25 % dan Indonesia Petroleum Exploration sebesar 25 %. Namun saat ini blok Tengah masih dioperatori oleh Total hingga kontrak berakhir.
5. Blok South East Sumatera (SES)
Blok ini dimenangkan oleh Independent Indonesian American Petroleum Co. (IIAPCO) pada September 1968. Setelah itu mengalami sejumlah akuisisi, dan akhirnya dimiliki oleh perusahaan migas asal Tiongkok, CNOOC SES Ltd yang bertindak sebagai operator. Blok yang berada di lepas pantai Lampung dan Jakarta ini akan berakhir kontrak pada 5 September 2018.
CNOOC menguasai hak kelola 65,54 %. Ada juga PHE Sumatera Ltd sebesar 13,07 %, KNOC Sumatera sebesar 8,91 %, Talisman UK (South East Sumatera) Resources sebesar 7.48 %, dan Risco Energy Pte. Ltd sebesar 5 %
Blok SES memiliki 34 lapangan produksi dengan lebih dari 400 sumur produksi. Minyak mentah yang diproduksi dari blok ini dialirkan ke pembangkit listrik berbahan bakar gas milik PT Perusahaan Listrik Negara/PLN (Persero) di Cilegon, Banten. Blok Ini telah menghasilkan lebih dari satu miliar barel minyak sejak 1971.
Pada 2015 produksi SES mencapai 40,7 ribu (bsmph). Namun dua tahun kemudian produksi blok ini menurun. Ini terlihat dari realisasi produksi siap jual (lifting) blok SES pada 2017 yang hanya mencapai 31,5 ribu bph.
Cadangan minyak yang tercatat di Kementerian ESDM pada tahun 2015 sebesar 1.000 MTSB. Adapun cadangan gasnya 38,10 BSCF.
6. North Sumatera Offshore (NSO)
Sejak Oktober 1968 blok ini dikelola Mobil Corporation-sekarang bernama ExxonMobil. NSO pernah diperpanjang sampai 15 Oktober 2018. Namun tahun 2015, ExxonMobil menjual 100 % aset Blok NSO ke Pertamina.
Area blok NSO berada di pesisir timur laut Sumatera dengan luas 3.362 km persegi. Blok NSO mulai berproduksi sejak 1996 dengan puncaknya 400 juta kaki kubik per hari (mmscfd).
Merujuk laporan tahunan PHE 2016, produksi kondensat pada Blok NSO mencapai 0,11 ribu barel per hari (bph) atau 77 % dari target 2016 yang sebesar 0,15 ribu bopd. Selain itu produksi gas mencapai 56,8 mmscfd atau 219% dari target 2016 sebesar 26 mmscfd.
Tahun 2015, cadangan minyak di blok NSO sebesar 272 MTSB. Kemudian cadangan gasnya 92 BSCF.