Pemerintah Batal Buka Impor LNG, Pertamina Atur Strategi
PT Pertamina (Persero) mengklaim telah memiliki strategi agar gas yang sudah dikontrak dengan beberapa perusahaan luar negeri tetap bisa terpakai. Hal ini menanggapi rencana pemerintah yang membatalkan pembukaan keran impor gas alam cair (Liqufied Natural Gas/LNG) pada 2019 mendatang.
Direktur Utama pertamina Elia Massa Manik mengatakan direktorat gas yang ada di perusahaannya telah memiliki strategi untuk memasarkan gas yang dibeli dari perusahaan luar negeri. Namun hal itu masih dirahasiakannya. “Kan kami tidak bisa membuka (strategi) market ke mana saja," kata dia di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (12/7).
(Baca: Pasokan untuk Pembangkit Listrik Minim, 18 Kargo Gas Belum Terjual)
Namun, Elia belum banyak berkomentar mengenai kebijakan itu karena masih tergantung pada dinamika pasar. Bisa saja ke depan kebutuhan LNG akan berubah, sehingga memunculkan kembali peluang impor.
Selama beberapa tahun terakhir Pertamina memang gencar berkontrak dengan perusahaan migas asing terkait jual beli LNG. Tujuannya untuk mengamankan pasokan gas dalam negeri di masa depan.
Yang terbaru pada Juni lalu Pertamina telah berkontrak dengan Woodside. Perusahaan asal Australia itu akan memasok LNG kepada Pertamina secara bertahap. Awalnya, sebesar 600 ribu ton mulai 2022 sampai 2034. Kemudian meningkat menjadi 1,1 juta ton dari tahun 2024 sampai 2038.
Selain Woodside, Pertamina sudah menjalin kerja sama jual beli LNG dengan perusahaan lain. April lalu, Pertamina meneken pembelian LNG dari ExxonMobil sebesar 1 juta ton per tahun selama 20 tahun yang dimulai pada 2025.
Pertamina juga meneken perjanjian jual-beli LNG dengan Total pada Februari lalu. Volume pasokannya sebesar 0,4 juta sampai satu juta ton per tahun. Total akan memasok selama 15 tahun mulai dari 2020.
Selain itu, Pertamina memiliki kontrak pembelian LNG dengan Cheniere Corpus Christi sebanyak 1,5 juta ton dengan jangka waktu 20 tahun. LNG dari Cheniere ini mulai dipasok 2019.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) I.G.N. Wiratmaja Puja mengatakan alasan pemerintah membatalkan rencana impor gas di 2019 karena ada beberapa megaproyek yang akan berproduksi. Mereka adalah Masela dan Train 3 Tangguh. Kemudian ada proyek Jangkrik yang produksinya terus bertambah.
(Baca: Ada 3 Megaproyek Hulu Migas, Pemerintah Batal Impor Gas Tahun 2019)
Jadi, Pertamina mencari pangsa pasar lain untuk gas yang sudah dibeli dari perusahaan luar negeri. “Pertamina bisa saja menjual ke pasar global lagi,” kata dia di Jakarta, Rabu (12/11).