2016, Pertamina Pesimistis Produksi Migas di Luar Negeri Naik
KATADATA - PT Pertamina (Persero) menyatakan akan terus berupaya meningkatkan produksi blok migasnya di luar negeri. Namun, lewat anak usahanya PT Pertamina Internasional Eksplorasi dan Produksi (PIEP), produksi migas dari lapangan di luar negeri untuk tahun depan ditargetkan hanya 104 ribu barel setara minyak (BOEPD).
Presiden Direktur PT Pertamina Internasional Eksplorasi dan Produksi (PIEP) Slamet Riadhy mengatakan sebenarnya target produksi 2016 mengalami peningkatan 9,7 persen dibandingkan target tahun ini sebesar 94.800 BOEPD. Namun, realisasi produksi tahun ini sudah melampaui target tahun ini, bahkan target tahun depan.
Hingga November 2015, realisasi produksi lapangan migas di luar negeri sudah mencapai 113.500 BOEPD. "Ini didapat dari hasil net to share di Malaysia sebesar 38.400 BOEPD, Aljazair 38.800 BOEPD, dan dari Irak 36.300 BOEPD," ujarnya di Jakarta, Selasa (22/12). (Baca: Anjloknya Harga Minyak Mengancam Target Lifting)
Artinya target tahun depan terlihat pesimistis, karena lebih rendah dibandingkan realisasi tahun ini. Slamet pun mengaku tidak berani memasang target tahun depan lebih tinggi realisasi tahun ini. Setidaknya untuk minyak, kata dia, targetnya masih lebih tinggi dari realisasi hingga November tahun ini. Realisasi produksinya minyak hingga November 2015 sebesar 80.000 barel per hari (bph). Sementara target produksi minyak tahun depan mencapai 84.000 bph.
Sekitar 80 persen minyak dari hasil operasi blok migas di luar negeri dipasok untuk kebutuhan kilang Pertamina di dalam negeri. Tahun ini volumenya mencapai 11,6 juta barel, mayoritas dipasok ke Kilang Cilacap dan Kilang Balikpapan. Namun, ada juga sebagian minyaknya yang harus dijual ke pasar internasional. Ini terpaksa dilakukan ketika jadwal pengapalan minyak tidak sesuai dengan jadwal kilang Pertamina, atau spesifikasinya yang tidak cocok dengan kilang yang ada.
Minyak yang dihasilkan dari lapangan luar negeri sangat penting untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri. Apalagi Indonesia telah menjadi net importir minyak sejak 2003. Saat ini produksi minyak dalam negeri hanya 825.000 barel per hari (bph), sedangkan konsumsinya mencapai 1,5 juta bph. Kekurangan minyak tersebut selama ini harus dipenuhi dari luar negeri. (Baca: Kilang Pertamina Beroperasi, Impor Migas Terendah dalam 13 Bulan)
Saat ini sumbangan dari PIEP memang masih relatif kecil dan belum bisa menutupi defisit minyak dalam negeri. Slamet mengaku pihaknya terus berupaya menambah aset cadangan migas di luar negeri, agar bisa berkontribusi lebih besar lagi untuk Indonesia. Targetnya dalam 10 tahun ke depan, produksi minyaknya bisa meningkat lebih dari lima kali lipat menjadi 600.000 bph. "Kami berharap (produksi minyak dari luar negeri) dapat menekan impor," ujar Slamet.
Produksi migas Pertamina dari luar negeri berasal dari tiga negara, yakni Malaysia, Irak dan Aljazair. Di Malaysia, PIEP memiliki 11 lapangan pada enam kontrak kerjasama migas (PSC) yang terletak di Sabah dan Serawak. Di Irak hanya 1 lapangan, yakni TSC West Qurna, dengan kepemilikan 10 persen. Sementara di Aljazair PIEP punya tiga lapangan, yakni MLN dengan kepemilikan 65 persen, EMK 6,9 persen dan OHD 3,73 persen.
Tahun ini PIEP mengeluarkan investasi untuk eksplorasi lapangan migas di Malaysia dan Aljazair sebesar US$ 300 juta. Untuk Irak, PIEP hanya mengeluarkan biaya operasional. Tahun depan, perusahaan berencana meningkatkan kegiatan eksplorasi di Aljazair. Sedangkan kegiatan di Malaysia rencananya akan dikurangi. Sehingga total investasi yang dianggarkan PIEP untuk tahun ini, jumlahnya sama dengan tahun lalu. (Baca: Pertamina Jajaki Tambah Blok Migas di Aljazair)