Target Pembangkit Listrik 35 GW Dinilai Sulit Tercapai
KATADATA ? Target pembangunan pembangkit listrik sebesar 35 giga watt (GW) pada 2019 dinilai bakal sulit tercapai. Dari jumlah itu diperkirakan hanya 20 GW atau sekitar 57 persen yang bisa terbangun.
Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan, ada beberapa kendala yang menyebabkan proyek itu sulit mencapai target. Misalnya, soal pendanaan yang diperkirakan mencapai total Rp 1.094 triliun. Dia mempertanyakan asal yang digunakan untuk membangun proyek tersebut.
Biaya tersebut dibagi dalam pengerjaan swasta sebesar Rp 570 triliun dan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN sebesar Rp 525,7 triliun. Fabby mengaku ragu PLN dapat membiayai porsi pembangkit listrik yang dibebankan.
?Tahun ini saja capital expenditure (belanja modal) PLN hanya Rp 60 triliun. Ditambah lagi kemampuan meminjam dana mereka terbatas,? kata Fabby kepada Katadata, Rabu (13/5) lalu.
Selain itu, persoalan yang juga bakal menghambat pembangunan adalah dalam pembebasan lahan. Meskipun kontrak sudah ditandatangani, pembebasan lahan tidak bisa segera dilakukan. Padahal dana dan peralatan sudah disiapkan secara matang.
?Jadi kontrak untuk tahun ini konstruksi baru tahun depannya. Konstruksi itu biasanya makan waktu 2 sampai 3 tahun,? kata Fabby.
Lebih lanjut dia mengatakan, pengalaman selama 10 tahun pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, jumlah pembangkit listrik yang dibangun hanya 12 GW. ?Jadi saya hanya berani mengestimasikan 20 GW yang dapat dicapai pada 2019,? kata Fabby.
Fabby berharap Presiden Joko Widodo menunjukkan kapasitas kepemimpinan dalam mengejar target 35 GW ini karena defisit listrik Indonesia selama 10 tahun telah mencapai 18 GW. Dia menyambut baik berbagai macam usaha pemerintah untuk mempercepat proyek ambisisus ini.
?Sudah ada regulasi baru pembebasan lahan, lalu Nur Pamudji (eks Direktur Utama PLN) sebagai Kepala Unit Pelaksanaan Program Pembangunan Ketenagalistrikan (UP3KN). Jadi jangan sampai proyek ini menjadi investasi sia-sia,? kata Fabby.
Direktur Pembinaan Program Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Alihuddin Sitompul berharap sumber energi pembangkit listrik tidak melulu mengandalkan batubara dan gas bumi. Dia berpendapat pembangunan pembangkit listrik dari sumber energi baru dan terbarukan juga perlu digalakkan untuk mengejar target 35 GW ini.
?Seperti contoh kami telah menganggarkan Rp 1,6 triliun dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2015 untuk membangun pembangkit listrik solar cell. Tahun 2016 akan kami mulai pembangunannya,? kata Alihuddin.