Batal Dibangun, ESDM Kaji Ulang Proyek Kilang Bontang
Pembangunan kilang baru di Bontang, Kalimantan Timur, sulit terealisasi. Kurangnya lahan menjadi salah satu persoalan. Padahal, Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2020 menyebut kilang tersebut masuk dalam daftar paling atas proyek strategis nasional alias PSN.
Direktur Pembinaan Program Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Soerjaningsih mengatakan kilang Bontang rencananya akan dibangun di lahan milik pemerintah. Namun, ternyata area tersebut masih tak mencukupi luasnya.
Kementerian ESDM tengah mengkaji ulang proyek tersebut. Kesepakatan kerja sama antara Pertamina dengan Overseas Oil and Gas LLC (OOG) telah berakhir pada tahun lalu. “Ini masih kajian khusus,” ujarnya dalam konferensi pers secara virtual, Senin (18/1).
Proyeksi permintaan atau konsumsi bahan bakar minyak atau BBM ini akan berpengaruh besar terhadap kelanjutan proyek itu. Dengan beroperasinya kilang Tuban, Balikpapan, Cilacap, dan Balongan serta Dumia dalam waktu dekat, kebutuhan BBM diprediksi akan tercukupi.
Meskipun impor BBM masih terjadi tapi jumlahnya nanti tidak akan sebesar sekarang. “Dengan operasional kilang Balikpapan tahap I pada 2022 disusul kilang lainnya, maka impor nanti tidak terlalu besar,” kata Soerjaningsih.
Pertamina Fokus 5 Proyek Kilang
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menyatakan perusahaan bakal fokus mengerjakan lima proyek kilang, yaitu satu Grass Root Refinery (GRR) di Tuban dan empat Refinery Development Master Plan (RDMP) di Balikpapan, Cilacap, Balongan, dan Dumai.
Dengan adanya pembangunan proyek tersebut, Pertamina bisa meningkatkan kapasitas produksi kilang hingga dua kali lipat. Kapasitas kilang perusahaan saat ini sebesar 1 juta barel per hari dan diharapkan naik dengan proyek kilang baru menjadi 2 juta barel per hari.
Pembangunan Kilang Bontang gagal lantaran OOG mengundurkan diri proyek tersebut. “Kami hanya bangun satu kilang baru dengan upgrade empat kilang eksisting dan yang baru di Bontang,” kata Nicke beberapa waktu lalu.
Sebelumnya, Ignatius Tallulembang yang kala itu menjabat sebagai Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina mengatakan kerja sama dengan perusahaan migas asal Oman itu terpaksa dihentikan.
Dengan kondisi tersebut, Pertamina memilih menunda proyek Kilang Bontang. "Partner tidak bisa melanjutkan, kami hold dulu dan kaji kebutuhannya seperti apa," ujar Tallulembang pada 5 Juni 2020.