Harga Minyak Catat Reli Terpanjang dalam 2 Tahun Terakhir
Harga minyak berhasil naik selama sembilan hari berturut-turut. Reli ini merupakan yang terpanjang dalam dua tahun terakhir. Kenaikannya dipicu pengurangan pasokan dari produsen utama dunia dan harapan kehadiran vaksin Covid-19 akan mendorong pemulihan permintaan.
Reuters menuliskan minyak berjangka Brent untuk pengiriman April pada penutupan perdagangan semalam, Rabu (10/2), naik 0,6% menjadi US$ 61,47 per barel. Angkanya sempat menyentuh level tertinggi selama 13 bulan terakhir di US$ 61,61 per barel.
Lalu, minyak mentah berjangka Amerika Serikat, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret bertambah 0,6% menjadi US$ 58,68 per barel. Harga ini juga sempat menyentuh level tertinggi dalam 13 bulan di US$ 58,76 per barel.
Brent telah naik selama sembilan hari berturut-turut. Para analis menyebut harganya bergerak terlalu jauh dari fundamentalnya. “Tingkat harga saat ini sepenuhnya bergantung pada pengurangan pasokan karena permintaan masih perlu pulih,” kata analis Rystad Energy Bjornar Tonhaugen.
Turunnya persediaan minyak mentah AS juga mendukung kondisi tersebut. Stok minyak mentah turun pada minggu ketiga berturut-turut. Jumlahnya berkurang 6,6 juta barel menjadi 469 juta barel, terendah sejak Maret 2020.
Untuk pembukaan perdagangan hari ini, melansir dari Bloomberg, harga minyak mengalami koreksi. Brent turun 0,73% menjadi US$ 61,02 per barel. Kemudian, WTI turun 0,72% ke US$ 58,26 per barel.
Tren Kenaikan Harga Minyak
Tren kenaikan harga minyak telah terjadi sejak November lalu ketika muncul kabar vaksin Covid-19 sudah dapat berproduksi. Pemberian paket stimulus besar di beberapa negara juga menjadi sentimen positif pemulihan permintaan minyak. Di saat yang sama, para produsen top dunia pun mengurangi pasokan.
Eksportir utama dunia, Arab Saudi, secara sukarela menyetujui pengurangan pasokan pada Februari dan Maret ini. Jumlahnya melengkapi pemotongan produksi yang disepakati negara produsen minyak dan sekutunya alias OPEC+.
Beberapa analis memperkirakan permintaan akan pulih karena banyak orang mendapatkan vaksinasi dan mulai melakukan perjalanan serta bekerja di kantor. “Paruh kedua tahun ini harga minyak akan menguat,” ucap analis pasar senior OANDA Eropa Craig Erlam. “Tidak akan lama lagi WTI akan bergabung dengan Brent naik ke atas US$ 60 per barel.”