Gelar Lelang Blok Migas, Indonesia Bersaing dengan 4 Negara ASEAN
Upaya pemerintah dalam menarik investasi melalui lelang blok migas di Indonesia rupanya cukup berat. Terlebih, di saat yang bersamaan empat negara di Asia Tenggara juga tengah melakukan hal yang sama.
Praktisi sektor hulu migas Tumbur Parlindungan mengatakan pada saat ini Timor Leste, Malaysia, Thailand dan Vietnam sedang melangsungkan penawaran blok migas. Baik itu blok migas eksplorasi dan lapangan migas marginal.
"Indonesia akan berkompetisi dengan negara-negara tersebut dalam mendatangkan investor terhadap blok-blok yang ditawarkan," kata dia kepada Katadata.co.id, Jumat (18/6).
Belum lagi ditambah dengan adanya beberapa perusahaan migas kelas kakap yang memutuskan hengkang dari Indonesia. Hal ini tentunya akan membuat persaingan dalam menarik investasi global semakin berat.
"Dengan beberapa major company melakukan country exit, menjadi sulit untuk meyakinkan investor baru," ujarnya.
Jika pemerintah berniat mengundang pemain global migas kelas kakap. Maka blok migas yang ditawarkan setidaknya memiliki sumberdaya (resources) di atas angka 50 juta barel (MMBbl) untuk minyak atau lebih dari 500 miliar kaki kubik (bcf) untuk gas. Sedangkan untuk cadangan (reserves) mencapai 500 MMBbl minyak atau 5 triliun kaki kubik (Tcf) untuk gas.
"Ini untuk national oil company seperti Petronas dan lain-lain. Major oil company ukuran minimum resource-nya dalam tahap eksplorasi atau blok baru dua kali dari data di atas," ujarnya.
Dia menilai penawaran blok migas yang digelar pemerintah saat ini bukan diperuntukkan bagi perusahaan migas kelas kakap. Mengingat total potensi enam blok migas yang ditawarkan hanya mencapai sekitar 917,93 juta barel minyak (mmbo) dan 598,09 miliar kaki kubik standar (bcf).
Namun untuk ukuran perusahaan kecil, blok migas yang ditawarkan pemerintah kali ini masih cukup menarik. Mengingat dekat dengan infrastruktur dan permintaan pasar yang cukup baik.
"Secara keseluruhan, blok yang ditawarkan cukup menjanjikan. Mungkin yang akan menjadi perhatian dari investor baru lebih ke kesucian kontrak apabila mereka mendapatkan blok tersebut," ujarnya.
Dirjen Migas Kementerian ESDM Tutuka Ariadji menyadari dampak negatif beberapa perusahaan yang mulai hengkang dari Indonesia saat ini. Kondisi ini tentu tidak menguntungkan bagi Indonesia, terlebih di saat investasi besar-besaran dibutuhkan.
"Kami memahami situasi saat ini tidak benar-benar menguntungkan bagi kita," ujar dia dalam konferensi pers secara virtual, Kamis (17/6).
Apalagi ditambah tren perusahaan global yang saat ini mulai bertransformasi ke bisnis energi terbarukan. Ini menambah tantangan Indonesia dalam mendapatkan investasi. Tutuka mengatakan kementeriannya akan terus berupaya melakukan yang terbaik untuk menarik iklim investasi.
Presiden Indonesian Petroleum Association (IPA) Gary Selbie menilai banyak perusahaan migas global dunia saat ini yang mulai bertranfomasi ke bisnis energi terbarukan. Sehingga kondisi ini sebenarnya tidak hanya terjadi di Indonesia saja.
"Saya rasa itu bisa mendorong bagaimana pemerintah Indonesia meresponsnya. Beberapa insentif baru yang diumumkan pada lelang tahun ini diharapkan bisa mengembalikan tren agar perusahaan lainnya tetap di Indonesia," kata dia.
Beberapa waktu lalu Kementerian ESDM resmi memulai proses lelang Wilayah Kerja (WK) migas konvensional tahap I 2021. Terdapat 6 WK migas yang ditawarkan, terdiri dari 4 WK melalui mekanisme Penawaran Langsung dan 2 WK melalui mekanisme Lelang Reguler.
Adapun 6 blok migas tersebut di antaranya South CPP, Sumbagsel, Rangkas, Liman, Merangin III, dan North Kangean. Adapun dalam penawaran ini, investor diberi keleluasaan dalam memilih skema kontrak migas, baik gross split maupun cost recovery. Total potensi dari 6 blok migas ini mencapai 917,93 juta barel minyak (mmbo) dan 598,09 miliar kaki kubik standar (bcf).