Harga Batu Bara Acuan Agustus Tembus Rekor US$ 131 per Ton
Agung menambahkan, menguatnya harga juga didorong meningkatnya permintaan batu bara dari Jepang dan Korea Selatan. Sebelumnya, pada Februari 2021 rekor HBA tertinggi dicatatkan sebesar US$ 127,05 per ton.
Sempat melandai pada Februari-April 2021, HBA mencatatkan kenaikan beruntun pada periode Mei-Juli 2021 hingga menyentuh angka US$ 115,35 per ton di Juli 2021. Kenaikan tersebut terus konsisten hingga Agustus 2021 dengan kembali mencatatkan rekor tertinggi baru.
Sebagai informasi, HBA merupakan harga yang diperoleh dari rata-rata indeks Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platt's 5900 pada bulan sebelumnya, dengan kualitas yang disetarakan pada kalori 6322 kcal/kg GAR, Total Moisture 8%, Total Sulphur 0,8%, dan Ash 15%.
Terdapat dua faktor turunan yang mempengaruhi pergerakan HBA yakni pasokan atau supply dan permintaan atau demand. Pada faktor turunan supply dipengaruhi oleh season (cuaca), teknis tambang, kebijakan negara supplier, hingga teknis di supply chain seperti kereta, tongkang, maupun loading terminal.
Sementara untuk faktor turunan demand dipengaruhi kebutuhan listrik yang berkorelasi dengan kondisi industri, kebijakan impor, dan kompetisi dengan komoditas energi lain, seperti LNG, nuklir, dan hidro.
Nantinya, HBA Agustus ini akan dimanfaatkan perusahaan batu bara dan pemangku kepentingan lainnya dalam penentuan harga batu bara pada titik serah penjualan secara free on board di atas kapal pengangkut (FOB Vessel).