Pembicaraan Nuklir Iran Berlanjut, Harga Minyak Turun Mendekati US$ 80
Harga minyak mentah dunia terus mengalami penurunan, didorong oleh kemungkinan bertambahnya pasokan global setelah Iran bersedia melanjutkan pembicaraan nuklirnya dengan Amerika Serikat (AS). Ini dapat membuat Amerika mencabut sanksinya terhadap minyak Iran.
Harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari 2022 bahkan sempat turun di bawah US$ 80 per barel, yakni US$ 79,98 meski ditutup di US$ 80,86. Sedangkan Brent turun ke US$ 81,33 per barel.
Kedua harga minyak acuan tersebut mencatatkan penurunan terbesarnya sejak awal Agustus, sepanjang perdagangan Rabu (3/11), dengan Brent turun ke level terendahnya sejak 7 Oktober, dan WTI turun ke level terendah sejak 13 Oktober.
"Kejatuhan harga minyak dalam semalam kemungkinan karena naiknya persediaan minyak mentah Amerika," kata analis komoditas dari Commonwealth Bank, Vivek Dhar dalam sebuah catatan, seperti dikutip Reuters, Kamis (4/11).
Data persediaan minyak Amerika sepekan lalu menurut Energy Information Administration (EIA) memang mencatatkan kenaikan yang lebih besar dari perkiraan.
Meski demikian Dhar menilai pendorong utama turunnya harga minyak mentah dunia karena Iran bersedia untuk memulai kembali pembicaraan terkait kesepakatan nuklir dengan Amerika pada 29 November mendatang. Iran meminta Amerika mencabut sanksinya terhadap ekspor minyak.
"Kami pikir (Presiden Iran Ebrahim) Raisi masih ingin mencapai kesepakatan didorong berkah ekonomi yang akan didapatkan dari sanksi ekspor minyak AS yang dicabut, terlepas dari perbedaannya dengan AS," kata Dhar.
Kemudian hari ini, anggota OPEC dan sekutunya termasuk Rusia, atau OPEC+ akan mengadakan pertemuan untuk menegaskan kembali rencana untuk menjaga kenaikan pasokan bulanan tetap stabil meskipun ada desakan untuk peningkatan.
"Mayoritas anggota OPEC+ tidak dapat meningkatkan produksi dari level saat ini. Bahkan Arab Saudi telah menekankan perlunya berhati-hati pada pertumbuhan permintaan mengingat peningkatan kasus Covid-19, sambil meningkatkan produksi minyak mentah," kata seorang analis Citi.
OPEC+ kemungkinan akan tetap pada kebijakannya saat ini meskipun ada tekanan dari importir minyak. Juga, produsen utama Arab Saudi dan Rusia lebih yakin harga minyak yang lebih tinggi tidak akan menimbulkan respons cepat dari minyak serpih AS.
Ini mencerminkan keinginan untuk meningkatkan kembali pendapatan dan mendukung agar OPEC+ tidak meningkatkan produksinya lebih cepat dari level saat ini.
Namun, beberapa perusahaan minyak besar berencana untuk meningkatkan produksi minyak atau minyak serpih tahun depan yang dapat melemahkan upaya OPEC+ untuk mengendalikan pasokan dan mendukung harga. Simak databoks berikut: