Pensiun dari Bisnis Batu Bara, GE Masih Beri Layanan untuk PLTU RI

Image title
13 Desember 2021, 12:40
batu bara, PLTU, GE
ANTARA FOTO/REUTERS/Alwyn Scott
Logo General Electric Co. terlihat di gedung kantor pusat perusahaan tersebut di Boston, Massachusetts, Amerika Serikat, Selasa (23/7/2019).

General Electric Company (GE) menguatkan rencana keluar dari bisnis pembangunan PLTU batu bara. Namun, perusahaan penyedia teknologi pembangkit listrik asal Amerika Serikat ini akan tetap memberikan layanan servis kepada klien mereka, para perusahaan yang masih mengoperasikan PLTU di Indonesia.

Director of Market Development General Electric Indonesia, Arka Wiriadidjaja, mengatakan pihaknya masih akan tetap bekerja sama terutama untuk layanan servis pemeliharaan pada PLTU selama masa transisi menuju ke energi bersih.

Langkah ini agar rencana pensiun dini PLTU yang saat ini tengah digencarkan pemerintah dapat berjalan lancar, serta tidak mengganggu operasional konsumen.  "Untuk layanan servis kami masih bekerja dengan customer kami di Indonesia dan rekan kami untuk making sure phasing out bisa dikontrol dan tidak mengganggu operasional rekan kami di Indonesia," kata Arka dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia, Senin (13/12).

Arka mengatakan selama ini perusahaan turut mendukung upaya dalam mengatasi perubahan iklim. Di antaranya seperti melalui komitmen karbon netral untuk fasilitas perusahaan pada 2030, kemudian menargetkan net zero emission untuk produk yang dijual pada 2050.

GE pun akan fokus pada bisnis penyediaan jasa teknologi infrastruktur sektor pembangkit energi terbarukan dan gas turbin. Dengan kedua teknologi tersebut, dia meyakini dapat berkontribusi dalam menekan emisi karbon sebesar 70-80%.

"Jadi kedepannya untuk transisi energi kita akan fokus ke dua tipe pertama gas turbin dan kedua renewable energy. Di mana dalam penggabungan ini kami percaya bisa menekan emisi CO2 70-80%," katanya.

Selain itu, dia mengungkapkan bahwa pihaknya juga akan memecah perusahaan menjadi tiga pilar bisnis utama. GE akan membagi dirinya menjadi tiga entitas yang berfokus pada energi, kesehatan dan penerbangan.

Seperti diketahui, pemerintah berencana mempensiunkan dini pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dengan total kapasitas sebesar 9,2 Gigawatt (GW) sebelum 2030. Rencana ini mempertimbangkan peralihan lanskap energi global menuju ekonomi rendah karbon dan net zero emission (NZE) atau nol emisi karbon.

Rinciannya, sebanyak 5,5 GW dari PLTU akan dipensiunkan secara dini tanpa adanya penggantian dari pembangkit listrik EBT. Jumlah ini berkontribusi pada pengurangan emisi karbon dioksida (CO2) sebesar 36 juta ton dengan total investasi yang dibutuhkan sebesar US$ 26 miliar atau Rp 372 triliun.

Sisanya 3,7 GW atau sekitar 40% akan pensiun dini dan diganti dengan pembangkit listrik EBT. Angka ini akan berkontribusi pada pengurangan emisi total sebesar 53 juta ton CO2. Untuk mencapainya, Indonesia akan bermitra dengan pihak internasional dalam tiga hal penting.

"Tiga hal yang dapat dijadikan lingkup kerja sama dengan mitra internasional, yaitu kerja sama melalui technology sharing dan capacity building, bantuan teknis dan akses teknologi terkini, mendukung penciptaan lapangan kerja baru, peningkatan investasi di bidang EBT, efisiensi energi dan proyek infrastruktur," ujar Menteri ESDM Arifin Tasrif beberapa waktu lalu.

Reporter: Verda Nano Setiawan
Editor: Yuliawati

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...