Perang Rusia - Ukraina Ancam Pasokan Energi, Eropa Jajaki Batu Bara RI
Pelaku usaha di sektor pertambangan menyebut bahwa Indonesia berpeluang mengekspor batu bara ke Eropa. Hal ini menyusul pecahnya perang antara Rusia dan Ukraina yang mengancam pasokan energi Eropa dari Rusia.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengatakan berdasarkan informasi yang didapatkan, para pembeli Eropa saat ini tengah menjajaki pasokan batu bara Indonesia. Namun demikian, hal tersebut juga tergantung dari kualitas dan ketersediaan batu bara.
"Selain itu faktor angkutan juga jadi pertimbangan. Kalau secara geografis kita tidak terlalu kompetitif untuk supply lewat Atlantik. Kolombia dan Afrika Selatan lebih kompetitif. Tapi seperti yang saya katakan, peluang tetap ada," ujar Hendra kepada Katadata.co.id, Jumat (4/3).
Meskipun terdapat peluang untuk melakukan kegiatan ekspor batu bara ke Eropa, namun Hendra memastikan bahwa pihaknya akan tetap memprioritaskan kebutuhan batu bara untuk pasar domestik. Khususnya untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) milik PLN.
"Kalau anggota kami tetap komitmen untuk melaksanakan kewajiban kontraktual pasokan batu bara ke PLN," katanya. Simak databoks berikut:
Seperti diketahui, perang antara Rusia dan Ukraina telah berdampak pada kenaikan harga batu bara. Bahkan harga emas hitam ini sempat mencapai rekor tertinggi yakni US$ 446 per ton pada Rabu (2/3).
Harga batu bara pada Kamis (3/3) di pasar ICE Newcastle Australia telah turun US$ 370 per ton. Angka ini masih jauh di atas rekor harga pada 2021 imbas krisis energi dunia yang hanya di level US$ 269,5 per ton.
Konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina telah membuat pasar gas untuk Eropa terganggu. Mengingat kebutuhan gas Eropa sebesar 40% selama ini dipasok oleh Rusia.
Kondisi ini lantas membuat wacana untuk menghidupkan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara menjadi suatu pilihan. Sama halnya krisis energi yang sempat terjadi pada Inggris dan Cina beberapa waktu lalu ketika harga gas melambung tinggi.
Sehingga berdampak pada permintaan batu bara dan membuat harganya melonjak. Sementara, Rusia sendiri saat ini juga menjadi pengekspor terbesar nomor tiga batu bara.