Harga Minyak Terus Merosot di Bawah US$ 100 Terkait Rencana Embargo UE
Tekanan terhadap harga minyak terus berlanjut seiring rencana Uni Eropa mengembargo minyak Rusia serta kekhawatiran turunnya permintaan imbas penguncian wilayah (lockdown) di Cina yang merupakan pengimpor minyak terbesar ketiga di dunia.
Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) West Texas Intermediate (WTI) turun 3,2% menjadi US$ 99,76 per barel dan pagi ini terus melanjutkan penurunan hingga ke level US$ 98,96 per barel.
Sementara minyak berjangka Brent masih bertahan di atas US$ 100 per barel meski semakin mendekati level tersebut. Brent turun3,28% ke US$ 102,46 per barel dan pagi ini turun lagi menjadi US$ 101,6 per barel.
Komisi Eropa menunda pengambilan keputusan terkait rencana embargo minyak Rusia. Hongaria dengan tegas menolak rencana ini dan beberapa negara anggota Uni Eropa lainnya menyuarakan kekhawatiran dampak ekonomi yang akan diderita jika impor minyak Rusia dikurangi atau bahkan dihentikan.
“Pasar menjadi sangat bergantung pada larangan Uni Eropa sepenuhnya terhadap minyak Rusia jika harga minyak mentah ingin naik cukup jauh dari level yang ada tak lama setelah dimulainya perang,” kata presiden Ritterbusch and Associates Jim Ritterbusch, seperti dikutip Reuters, Rabu (11/5).
European Bank for Reconstruction and Development (EBRD) memperingatkan, jika Rusia membalas sanksi ini dengan menghentikan pasokan gas, ekonomi di negara berkembang Eropa, Asia Tengah, dan Afrika Utara akan kembali terpuruk ke level sebelum pandemi.
Selain rencana embargo Uni Eropa, negara-negara G7 juga mengumumkan rencana larangan impor minyak Rusia secara bertahap. Langkah ini juga diikuti Jepang yang memperoleh 4% dari total impor minyaknya dari Rusia.
“Kombinasi lockdown Covid-19 di Cina dan kenaikan suku bunga di seluruh dunia untuk memerangi inflasi menekan investor ekuitas, memperkuat dolar, dan secara signifikan meningkatkan kekhawatiran perlambatan ekonomi,” kata analis dari PVM Oil Associates, Tamas Verga.
Sementara itu direktur eksekutif energi berjangka di Mizuho, Robert Yawger, mengatakan bahwa penurunan tajam dalam permintaan di Cina karena penguncian dan diskon minyak Rusia di pasar, Cina akan lebih selektif dalam membeli minyak mentah.
Dari sisi pasokan, Energy Information Administration (EIA) memangkas perkiraan produksi minyak mentah AS untuk 2022 dan 2023. Pada perkiraan terbarunya, produksi minyak AS pada 2022 turun menjadi rata-rata 11,9 juta barel per hari (bph) dari sebelumnya 12 juta bph.
Di sisi lain, stok minyak mentah AS naik 1,6 juta barel untuk pekan yang berakhir pada 6 Mei, menurut data American Petroleum Institute (API). Sementara menurut survei Reuters, analis memperkirakan penurunan stok minyak sebesar 500 ribu barel.
Di Eropa, stok minyak mentah dan produk minyak olahan mencapai sekitar 1 miliar barel per April 2022, turun 10,3% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, meski masih pada level yang sama dengan Maret menurut data Euroilstock.