Terancam Krisis Energi, Anggota UE Bebas Bayar Gas Rusia Pakai Rubel
Uni Eropa (UE) mengubah posisinya terkait kebijakan pembayaran gas Rusia menggunakan rubel seperti yang diminta Vladimir Putin. Hal ini setelah Putin memutus aliran gas ke Polandia dan Bulgaria beberapa waktu lalu lantaran menolak membayar dengan rubel.
Dengan memutus aliran gas ke Polandia dan Bulgaria, Putin membuktikan bahwa ancamannya tersebut bukan gertak sambal yang bisa dilakukan ke negara Eropa lainnya yang menolak membayar dengan rubel. Eropa berpotensi jatuh ke dalam jurang krisis energi jika Rusia memutus aliran gasnya.
Eksekutif Komisi Eropa mengatakan kepada negara-negara anggotanya bahwa mereka dapat terus membeli gas Rusia, tanpa melanggar sanksi yang dikenakan kepada negara tersebut atas invasinya ke Ukraina pada 24 Februari 2022 yang masih berlangsung hingga kini.
Komisi Eropa menyarankan agar perusahaan tidak membuka rekening bank dalam rubel di Gazprombank untuk membayar gas Rusia seperti yang diminta Kremlin, namun tidak secara eksplisit menyatakan bahwa hal tersebut akan melanggar sanksi.
“Komisi Eropa tidak memiliki posisi yang lebih meyakinkan tentang apakah perusahaan dapat membuka rekening rubel di Gazprombank untuk melakukan ini, tapi menyarankan untuk tidak melakukannya,” kata pejabat Komisi Eropa seperti dikutip Reuters, Kamis (19/5).
Nasihat atau saran tidak memiliki bobot hukum, dan dapat diabaikan secara efektif oleh perusahaan. Dalam panduan tertulis terbarunya tentang pembayaran gas, yang memiliki kekuatan hukum lebih, Komisi Eropa tidak mengklarifikasi apakah pembukaan rekening dalam rubel melanggar sanksi, sesuai dengan dokumen sebelumnya.
Perusahaan-perusahaan di UE telah berjuang untuk mengkonfirmasi bagaimana untuk tetap membeli gas Rusia, setelah Moskow menuntut pembeli asing mulai membayar dalam rubel dan memotong pasokan ke Polandia dan Bulgaria karena menolak untuk melakukannya.
Pada pertemuan tertutup, Komisi Eropa menegaskan pendiriannya bahwa perusahaan dapat terus membeli gas Rusia tanpa melanggar sanksi, jika mereka membayar dalam mata uang kontrak mereka yang ada dan menyatakan bahwa melakukan hal ini memenuhi kewajiban kontrak mereka.
Adapun sebagian besar kontrak pembelian gas perusahaan di negara-negara UE dengan raksasa gas Rusia Gazprom dalam euro atau dolar.
Polandia telah meminta arahan yang lebih jelas dalam pertemuan tersebut tentang apakah pembukaan rekening rubel diizinkan. Namun juru bicara Komisi Eropa mengatakan bahwa “tidak disarankan” bagi perusahaan untuk membuka rekening rubel.
Namun dia menolak untuk memberikan jawaban pasti kepada Polandia terkait legalitas pembukaan rekening rubel oleh negara-negara anggota UE.
Dia menambahkan bahwa negara-negara Uni Eropa bertanggung jawab untuk menegakkan sanksi blok itu. Brussels dapat meluncurkan tindakan hukum terhadap pemerintah yang gagal menegakkannya.