Erick Thohir: Harga Pertamax Bisa Turun Jika Harga Minyak US$ 75/Barel

Happy Fajrian
8 September 2022, 07:08
harga pertamax, pertamax, harga bbm, harga minyak, erick thohir
ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah/wsj.
Seorang petugas menunjukkan harga BBM jenis Pertalite yang sudah naik menjadi Rp10 ribu per liter di SPBU Maya jalur Pantura, Tegal, Jawa Tengah, Sabtu (3/9/2022).

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan harga Pertamax berpeluang turun. Hal ini lantaran harga BBM nonsubsidi seperti Pertamax ditentukan dengan mekanisme harga minyak mentah dunia.

Dia menyebut apabila harga minyak dunia turun, maka Pertamax pun akan mengikuti mekanisme tersebut dengan menurunkan harga jual kepada masyarakat.

“Banyak juga yang bicara, nanti kalau harga minyak dunia turun seperti apa, ya pasti kita turun, cuma yang mesti diingat apa yang dilakukan pemerintah hari ini, itu mengurangi subsidi,” ujarnya saat meninjau Pertamina Integrated Enterprise Data and Command Center (PIEDCC), Jakarta, Rabu (7/9).

Erick menyebut BBM seperti Pertalite, Solar, dan Pertamax masih dalam subsidi. Jika harga minyak mentah dunia yang saat ini sebesar US$ 95 per barel turun menjadi US$ 75 per barel maka akan diikuti dengan harga jual Pertamax kepada masyarakat.

“Kalau nanti harga minyak dunia turun, Pertamax akan harga pasar, jadi bisa saja turun, tapi apakah Solar dan Pertalite itu nanti harga pasar, tidak bisa karena itu subsidi,” ucap Erick.

Erick menyampaikan penyesuaian harga Pertamax dari Rp 12.500 per liter menjadi Rp 14.500 per liter merupakan upaya pemerintah dalam mengalihkan subsidi agar lebih tepat sasaran. Ia menyebut selama ini, meski sebagai BBM nonsubsidi, Pertamina tetap memberikan subsidi untuk Pertamax.

Erick mengatakan harga Pertamax sejatinya masih berada di bawah harga keekonomian maupun harga yang ditawarkan kompetitor. “Karena yang selalu diingatkan, yang kita, pemerintah lakukan hari ini bukan kenaikan harga, tapi pengurangan subsidi,” ujarnya.

Erick menilai perbandingan harga BBM antarnegara tidak bisa hanya dilihat dari satu sisi saja. Erick mengatakan status sebagai negara produsen BBM tentu akan berbeda dengan negara yang hanya mengimpor BBM dalam penentuan harga jual kepada masyarakat.

“Nah ini kadang-kadang persepsi dari masyarakat dibanding-bandingkan, kenapa negara ini lebih murah, karena masih menghasilkan, mayoritas gitu, kalau kita sudah impor,” sambung dia.

Kata Erick, Indonesia sejak sembilan tahun lalu sudah bukan lagi menjadi anggota negara pengekspor minyak atau OPEC. Alhasil, Indonesia masuk dalam kategori dengan yang mengimpor BBM sejak 2003.

Erick menilai pengurangan subsidi BBM akan diimbangi oleh perusahaan dengan menyesuaikan besaran gaji untuk para pekerja. Dia menilai penyesuaian gaji merupakan hal yang lumrah tatkala terjadi pengalihan subsidi BBM.

Sebelumnya Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati juga menjanjikan hal yang sama, yakni harga Pertamax turun jika harga minyak dunia turun. Namun BBM non-subsidi yang dimaksud Nicke adalah Pertamax Turbo, Pertamina Dex, dan Dexlite.

Lalu pada harga minyak berapa perusahaan migas pelat merah itu disarankan agar menurunkan harga BBM nonsubisidinya? "Kalau harga minyak dunia di angka US$ 90 per barel selama 3 bulan, harusnya harga BBM non subsidi bisa turun," kata Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan kepada Katadata.co.id, Jumat (29/7).

Menurut Mamit penurunan harga ini patut dilakukan sebagai bentuk implementasi komitmen penyesuaian harga. Meski dia mengakui bahwa saat ini seluruh BBM Pertamina dijual di bawah harga keekonomian. Artinya dijual rugi atau disubsidi oleh Pemerintah.

"Saat ini harga BBM non subsidi milik Pertamina masih jauh lebih murah dari harga keekonomiannya. Saya kira semua produk yang dijual oleh Pertamina saat ini seperti Pertamax, Pertamina Dex, dan Dex Lite itu rugi," sambung Mamit.

Pertamina juga menyebut bahwa harga Pertamax saat ini, meski naik, masih paling kompetitif dibandingkan produk RON-92 yang dijual oleh SPBU swasta yang masih lebih mahal.

"Jika dibandingkan dengan seluruh produk RON 92, harga Pertamax masih paling kompetitif,” jelas Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting, melalui keterangan resmi, Minggu (4/9).

Harga BBM RON 92 pada SPBU Shell, yakni produk Shell Super, dijual dengan kisaran Rp 15.420-15.750 per liter. Kemudian pada SPBU Vivo produk Revvo 92 dijual Rp 15.400 per liter. Sementara di SPBU BP AKR, untuk produk BP 92 dijual Rp 15.420 per liter.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...