Diuntungkan Perang, Cina Kerek Ekspor Gas ke Eropa dengan Harga Tinggi
Cina diuntungkan dengan adanya konflik antara Uni Eropa dan Rusia terkait perang di Ukraina. Sanksi dari Eropa dibalas Rusia dengan penghentian ekspor gas alam melalui jalur Nord Stream 1, salah satu jalur pengiriman utama.
Negeri Panda kemudian mengalihkan kelebihan pasokan yang dimilikinya di dalam negeri ke pasar-pasar yang membutuhkan, seperti Eropa dengan harga tinggi. Namun Bloomberg melaporkan bahwa Cina hanya mengalihkan pasokan yang didapat dari Rusia, Amerika Serikat (AS), dan Australia, karena permintaan domestik masih lesu.
Perusahaan energi terbesar milik negara Cina, China National Offshore Oil Corporation (CNOOC) dilaporkan menawarkan untuk menjual kargo LNG untuk pengiriman November dari North West Shelf di Australia.
Sementara Sinopec dan PetroChina Co. juga dilaporkan menjual beberapa pengiriman LNG dari Amerika ke Eropa yang tengah mengalami krisis energi parah sepanjang tahun ini.
LNG yang dikirim oleh tiga perusahaan energi Cina ini dapat memberikan sedikit kelegaan di pasar gas alam Eropa setelah Rusia menghentikan pengiriman gas alam melalui jalur pipa Nord Stream 1. Harga gas aam di Eropa dan Asia saat ini berada pada level tertinggi sepanjang masa.
Cina adalah importir LNG terbesar dunia pada 2021. Namun kebijakan Zero-Covid dan perlambatan ekonomi di negara itu membuat permintaan merosot lebih dari 20% tahun ini. Perbedaan antara Cina dan seluruh dunia berarti pembeli global bersedia membayar harga yang jauh lebih tinggi.
Sementara itu, impor Cina untuk gas alam cair Rusia telah meningkat kuat tahun ini. Sejak invasi Rusia ke Ukraina, pengeluaran negara itu untuk impor energi dari Rusia telah melonjak menjadi US$ 35 miliar, dari hanya US$ 20 miliar pada 2021 menurut laporan Bloomberg.
Karena impor gas alam cair Rusia yang kuat, Cina memiliki pasokan surplus yang nyaman yang dapat dijual kembali ke Eropa, yang sedang berburu gas tinggi dan rendah untuk mengamankan pasokannya untuk musim dingin dan siap membayar harga berapa pun untuk pasokan tersebut.
Namun, ketika aktivitas ekonomi Cina menguat, maka permintaan gas di negara itu akan menguat dan tidak akan ada kelebihan pasokan untuk dikirimkan ke Eropa. Ini akan menjadi berita buruk bagi Benua Biru.
Pertumbuhan ekonomi yang lamban di tengah kebijakan nol-Covid oleh pemerintah pusat telah menyebabkan permintaan LNG Cina tahun ini turun signifikan, setelah mencapai level tertingginya pada tahun lalu yang menjadikan negara itu sebagai pembeli LNG terbesar di dunia.
Mengutip FT, sejauh tahun ini perusahaan Cina telah menjual sekitar 4 juta ton gas alam cair di pasar internasional, yang setara dengan sekitar 7% konsumsi gas Eropa untuk paruh pertama tahun ini.