Permen ESDM Tentang Penangkapan Karbon CCUS Terbit Tahun Ini
Kementerian ESDM tengah merancang Peraturan Menteri (Permen) terkait pengguaan teknologi penangkapan, pemanfaatan dan penyimpanan karbon atau carbon capture, utilizaton and storage (CCUS) untuk mendorong peningkatan produksi minyak dan gas (migas) sembari mengejar target penurunan emisi karbon.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji, mengatakan saat ini proses rancangan CCUS sedang dalam tahap harmonisasi di Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham). Draf Permen ESDM tentang CCUS telah dirancang sejak Agustus tahun lalu diharap bisa rampung pada akhir tahun ini.
"Sudah masuk ke harmonisasi Kemenkumham. Kementerian ESDM juga berkoordinasi dengan Kemenkomarves, KLHK, dan institusi internasional. Permen ESDM saat ini sedang dipersiapkan," kata Tutuka saat menjadi pembicara dalam IPA Convention 2022 ke-46 di Jakarta Convention Center (JCC), Kamis (22/9).
Tutuka mengatakan, penerapan teknologi CCUS akan fokus ke area wilayah kerja (WK) Migas yang akan dikoordinasikan dengan Kontaktor Kontrak Kerja Sama (KKKS), SKK Migas, dan Kementerian ESDM melalui Direktorat Jenderal Migas.
Lebih lanjut, kata Tutuka, teknologi CCUS diharap bisa menambah jumlah gas yang diangkut dari dalam tanah. "Jadi kayak semi EOR (Enhanced Oil Recovery) itu menambah perolehan migas melalui injeksi di reservoir. Gas yang dihasilkan akan menambah dorongan sehingga perolehan gas atau minyak," jelas Tutuka.
Selain industri Migas, Tutuka mengatakan penerapan teknologi CCUS juga bisa diterapkan pada industri lainnya seperti industri semen. "Saat ini kami sedang mempelajari dari luar negeri untuk membentuk standar regulasi yang baik secara praktik," sambungnya.
Dalam perencanaan Kementerian ESDM, ada 14 proyek CCUS di Indonesia yang ditarget beroperasi sebelum 2030. Sebagian proyek tesebut masih dalam tahap studi dan persiapan. Salah satu proyek yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat adalah Tangguh Enhanced Gas Recovery (EGR) dan CCUS.
Adapun proyek CCUS bertujuan untuk mengurangi emisi karbon sekitar 25 juta ton CO2 serta meningkatkan produksi hingga 300 Miliar Standar Kaki Kubic (BSCF) hingga 2035.
Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan, teknologi CCUS dalam industri minyak dan gas bumi dinilai penting dalam upaya meminimalisir krisis iklim dan mempromosikan pembangunan hijau dalam transisi energi menuju Net Zero Emission pada tahun 2060.
Arifin menilai, dalam konteks energi rendah karbon, peran gas alam sangat penting sebagai energi transisi sebelum dominasi bahan bakar fosil beralih ke energi terbarukan dalam jangka panjang.
Peran minyak dan gas bumi dalam transisi energi dirasa masih memiliki peran penting karena bahan bakar fosil masih memegang peranan penting dalam pemenuhan energi nasional tuntutan.
"Transisi energi ini akan dilakukan di beberapa tahap dengan mempertimbangkan daya saing, biaya, ketersediaan, dan keberlanjutan," ujar Arifin di JCC, Rabu (21/9).