Masih Fokus pada Biodiesel B20-B30, Pemerintah Tunda Produksi B40

Muhamad Fajar Riyandanu
18 Oktober 2022, 16:34
biodiesel, b20, b30, bbm,
Katadata | Arief Kamaludin
Biodiesel B20.

Kementerian Perindustrian menyampaikan pemerintah masih fokus pada pengembangan program campuran biodiesel 20% dan 30% atau B20 dan B30 sebelum melangkah lebih lanjut pada program B40. Biodisel dihasilkan dengan mencampur BBM solar dengan fatty acid methyl ester (FAME) minyak kelapa sawit.

Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, mengatakan pengembangan program B40 kerap mendapat sorotan dari produsen otomotif karena kandungan air yang terkandung di dalam bahan bakar nabati (BBN) tersebut.

"B40 kami sudah bahas tapi saya kira produksinya belum karena kami masih bicara soal B20 dan B30," kata Agus saat ditemui di Thamrin Nine Ballroom Jakarta pada Selasa (18/10).

Sebagai negara yang punya lahan sawit yang luas, ujar Agus, Indonesia memiliki peluang besar untuk mengembangkan BBN sebagai langkah untuk mengembangkan komoditas perkebunan menjadi sumber energi.

Kebijakan ini dinilai dapat meminimalisir dampak krisis iklim dan menjaga ketahanan energi nasional dengan mengurangi impor solar.

"B40 sekarang ini dalam tahap persiapan karena harus sinkron antara suplai dan kosumennya. Produsen otomotif meminta kami berhati-hati karena B40 itu ada air yang bisa merusak mesin. Tapi itu bukan masalah, dengan teknologi itu bisa diselesaikan," ujar Agus.

Sekretaris Jenderal Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Kukuh Kumara, menyebut progres B40 sedang dalam tahap pengembangan spesifikasi bahan bakar. Beberapa spesifikasi yang diperhatikan dalam B40 adalah cloud point, water content, acid number, dan monoglycerides.

Dia mengatakan, spesifikasi bahan bakar akan menentukan apakah pabrikan otomotif dapat menyesuaikan dengan B40 atau tidak. Selain itu, hasil dari spesifikasi bahan bakar dinilai akan berpengaruh pada road rest.

Peningkatan campuran minyak sawit menjadi B40 diharapkan dapat kompatibel dengan standar Euro 4 atau yang lebih tinggi. "Kami butuh lead time dan studi untuk bisa dikonfirmasi di jalan. Regulasi harus disertai arahan," kata Kukuh dalam Konferensi Biodiesel Sawit Ke-3 beberapa waktu lalu, Kamis (24/3).

Manager Process Engineering Yayasan Lengis Hijau Tri Hermawan menyebut bahwa pengembangan B40 merupakan sebuah proyek yang cenderung ambisius. Namun penggunaan biodiesel dengan campuran minyak sawit yang tinggi berpotensi untuk merusak mesin. Hal tersebut berdampak pada rendahnya serapan biodiesel di dalam negeri.

"Pemakaian biodiesel kebanyakan yang saya tahu, misal untuk alat berat seperti Caterpillar atau Komatsu saja itu mereka mensyaratkan B5," kata Tri kepada Katadata.co.id, Senin (1/8).

Sebagai informasi, Yayasan Lengis Hijau merupakan salah satu produsen B100 yang bermarkas di Pulau Bali. Dalam sehari, Yayasan Lengis Hijau bisa mengolah 1.000 liter minyak goreng bekas menjadi bahan bakar nabati.

Produk tersebut disalurkan ke sejumlah hotel, rumah makan, dan sekolah yang telah menjadi konsumen tetap. Di sana, BNN tersebut digunakan sebagai pengganti solar untuk tranportasi bus dan genset.

Tri menjelaskan, biodiesel yang diproduksi Yayasan Lengis Hijau oleh hanya berjalan normal pada mesin generator atau genset. Sementara, untuk mesin kendaraan atau transportasi, penggunaan biodiesel dengan campuran minyak sawit tinggi berpotensi besar menimbulkan turun mesin.

"Genset untuk listrik kalau dinyalakan itu kan stabil saja, gak perlu digas lagi seperti mesin kendaraan yang butuh kecepatan dan performa. Kadang untuk kecepatan tinggi, kadang untuk kecepatan rendah," jelasnya.

Tri menjelaskan, saat itu Yayasan Lengis Hijau memiliki konsumen yang bergerak di sektor industri alat berat. Tri memperoleh informasi bahwa mesin kendaraan tersebut hanya mampu bertahan di Biodiesel B5. Konon, penggunaan biodiesel dengan bauran tinggi dalam jangka panjang bisa menimbulkan korosi.

"Mereka menunjukkan ke kami, mereka maksimal B5. Lebih dari itu mesinnya jebol, turun mesin. Ada penyumbatan di filter mesin," ujarnya.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...