Belum Beroperasi, Blok Masela, IDD Sudah Amankan Kontrak Jual Beli LNG
SKK Migas menyatakan bahwa pemerintah telah mengamankan pembeli gas alam cair atau LNG dari proyek Abadi LNG di Blok Masela dan proyek migas laut dalam Indonesia Deepwater Development (IDD) lewat kontrak jangka panjang.
Padahal nasib kedua proyek migas raksasa ini masih dalam proses mencari mitra dengan Shell yang hengkang dari proyek Masela dan Chevron dari proyek IDD.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan kepastian pembeli LNG Blok Masela datang dari pasar domestik dan luar negeri seperti Jepang, Eropa, dan Cina. Sementara pembeli gas industri domestrik datang dari permintaan Perusahaan Listrik Negara (PLN), Perusahaan Gas Negara (PGN) dan Pupuk Indonesia.
Proyek Abadi Masela merupakan salah satu dari empat proyek strategis nasional atau PSN dengan potensi produksi mencapai 150 million standard cubic feet per day (mmscfd) gas alam. Investasi proyek ini mencapai US$ 19,8 miliar atau Rp 297 triliun dengan kurs Rp 15.000 per dolar AS yang ditargetkan onstream pada kuartal II 2027.
“Dari Masela itu sekitar 3 juta ton per tahun yang sudah komit, misalnya 2 juta ton PLN kemudian untuk PGN, Pupuk dan industri-industri yang lainnya yang diperkirakan totalnya 9 juta ton,” kata Dwi saat ditemui di Gedung Nusantara I DPR pada Rabu (16/11).
Sementara pasokan gas dari IDD akan langsung masuk ke Kilang Bontang milik PT Pertamina untuk langsung disalurkan ke kawasan industri Kalimantan Timur.
Adapun proyek IDD yang berlokasi di Cekungan Kutai, Provinsi Kalimantan Timur tersebut juga termasuk satu dari empat proyek strategis nasional atau PSN dengan potensi produksi mencapai 844 mmscfd gas alam dan minyak bumi 27.000 barrel of oil per day (BOPD).
Proyek ini memiliki nilai investasi US$ 6,98 miliar atau Rp 104,7 triliun dengan kurs Rp 15.000 per dolar AS. Proyek ini ditarget beroperasi pada kuartal IV 2027.
Adanya pembeli kontrak jangka panjang untuk kedua blok migas itu diharap bisa menyokong keekonomian proyek di tengah upaya peralihaan operator yang ditarget rampung pada akhir tahun ini. Dwi pun optimis permintaan gas akan meningkat seiring menjamurnya kebutuhan negara-negara akan energi bersih.
Serapan dari pasar ekspor atau luar negeri diharap bisa membantu keekonomian proyek ditengah harga kebijakaan harga jual gas tertentu (HGBT) yang dipatok US$ 6 per million British thermal units (mmBtu) untuk industri domestik.
"Dengan adanya energi transisi dan situasi Eropa saat ini, kebutuhan LNG ke depan malah akan jauh lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya," ujar Dwi.