Harga Minyak Naik Tipis Imbas Pelonggaran Kebijakan Covid-19 Cina
Harga minyak naik pada penutupan perdagangan Selasa (29/11) di tengah ekspektasi pelonggaran kontrol ketat Covid-19 Cina. Namun demikian, kenaikan tersebut dibatasi oleh kekhawatiran bahwa OPEC+ akan tetap mempertahankan produksinya pada pertemuan mendatang.
Minyak mentah berjangka Brent tercatat US$83,03 per barel, turun 16 sen, atau 0,2%. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS menetap di US$78,20 per barel, naik 96 sen, atau 1,2%.
Pejabat kesehatan Cina mengatakan negara itu berencana untuk mempercepat vaksinasi Covid-19 untuk orang lanjut usia. Hal itu bertujuan untuk mengatasi hambatan utama dalam upaya melonggarkan kebijakan pembatasan "nol-Covid" yang tidak populer.
Penguatan tersebut juga didorong oleh pelemahan dolar AS, yang cenderung bergerak berlawanan arah dengan harga minyak. Indeks dolar AS telah jatuh ke 106,65 dari tertinggi 20 tahun karena kekhawatiran investor terhadap suku bunga The Fed.
"Rebound yang kuat sedang dilanjutkan oleh melemahnya dolar AS dan kebutuhan untuk mengurangi hilangnya ketersediaan minyak mentah Rusia melalui dimulainya sanksi yang dijadwalkan minggu depan," kata Jim Ritterbusch dari Ritterbusch and Associates dikutip dari Reuters, Rabu (30/11).
OPEC+ kurangi produksi?
Sementara OPEC+ yang merupakan Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, termasuk Rusia, akan mempertimbangkan rollover atau pengurangan produksi minyak pada pertemuan Minggu (4/12). Harga minyak terhambat oleh kekhawatiran bahwa OPEC+ tidak akan menyesuaikan rencana produksi mereka pada pertemuan berikutnya.
Lima sumber OPEC+ mengatakan, organisasi itu kemungkinan tidak akan mengurangi produksi minyak. Sementara dua sumber mengatakan, pengurangan produksi tambahan juga kemungkinan akan dipertimbangkan. Namun, tidak ada yang berpikir pemotongan lain sangat mungkin terjadi.
OPEC+ mulai menurunkan target produksinya sebesar 2 juta barel per hari (bpd) pada November 2022. Kebijakan itu bertujuan untuk menopang harga minyak.
Harga minyak juga terdampak rencana sanksi sejumlah negara untuk membatasi harga minyak mentah Rusia mulai 5 Desember 2022. Sanksi ini bertujuan untuk mengurangi pendapatan Rusia dari ekspor komoditas energi, yang merupakan salah satu sumber pembiayaan agresi militer Rusia ke Ukraina.
Pembatasan harga rencananya akan diterapkan oleh negara maju yang tergabung dalam kelompok G7, yakni Amerika Serikat, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, dan Prancis, serta sejumlah negara Uni Eropa.
Negara G7 mengusulkan untuk mematok harga minyak mentah Rusia di kisaran US$65-US$70/barel. Namun, usulan ini belum disepakati.
"Masih ada perbedaan pendapat soal batas harganya. Kami perlu membicarakannya secara bilateral," kata perwakilan Uni Eropa, Rabu (23/11).
Berdasarkan data Trading Economics, rata-rata harga minyak mentah Urals asal Rusia mencapai US$75,04/barel pada Oktober 2022. Harga ini menguat sekitar 7% dibanding bulan sebelumnya, seiring dengan kenaikan harga minyak dunia.
Kendati harganya naik, minyak Rusia masih jauh lebih murah ketimbang rata-rata harga minyak mentah Brent yang mencapai US$93,13/barel, ataupun West Texas Intermediate (WTI) yang harganya US$87,26/barel pada Oktober 2022.