AS Klaim Batas Harga Minyak Berhasil Pangkas Pendapatan Energi Rusia
Pemerintah Amerika Serikat (AS) menyatakan bahwa kebijakan pembatasan harga minyak mentah Rusia yang diterapkan oleh negara-negara barat sejak Desember 2022 berhasil memangkas pendapatan negara tersebut.
Menteri Keuangan AS, Janet Yellen, mengatakan strategi pembatasan harga minyak Rusia di harga US$ 60 per barel telah berjalan selama kurang lebih satu bulan sejak diterapkan pertama kali pada 5 Desember lalu.
"Pejabat senior Rusia telah mengakui bahwa batas harga memotong pendapatan energi mereka," kata Yellen di sela-sela pertemuan dengan Menteri Keuangan Kanada, Chrystia Freeland, sebagaimana diberitakan oleh Reuters pada Selasa (10/1).
Pembatasan harga minyak ini ditetapkan oleh kelompok G7 yang tergabung di dalam Uni Eropa (EU) seperti Prancis, Jerman, Italia dan Inggris bersama Australia. Koalisi tersebut sepakat untuk menetapkan batas harga US$ 60 per barel pada minyak mentah lintas laut Rusia.
Mereka juga melarang penggunaan asuransi maritim, keuangan, dan layanan lain yang dipasok Barat untuk kargo dengan harga di atas batas batas $60 per barel. Langkah G7 ini sebagai sanksi atas aksi Moskow di Ukraina.
Adapun harga minyak mentah tingkat Ural Rusia untuk pengiriman ke Eropa berada di level $52,48 per barel pada Selasa (10/11). Sementara harga minyak mentah Brent diperdagangkan pada $80,82 per barel.
Lebih lanjut, Yellen menyampaikan kondisi pasokan energi di pasar terbilang normal menyusul larangan UE atas impor minyak mentah Rusia yang juga diberlakukan sejak 5 Desember 2022.
"Laporan publik menunjukkan negara-negara menggunakan batas harga untuk mendorong tawar-menawar yang tajam pada harga impor minyak Rusia," ujar Yellen.
Selain mematok batas harga pada minyak Rusia, koalisi G7 juga berusaha untuk menetapkan batas harga pada dua produk minyak sulingan Rusia, seperti solar dan bahan bakar minyak paling lambat pada 5 Februari mendatang.
Namun, seorang pejabat G7 menilai realisasi kebijakan tersebut bakal lebih rumit daripada ketetapan batas harga minyak mentah.
Menaggapi adanya patokan batas harga minyak mentah yang terapkan oleh negara-negara barat, Presiden Rusia Vladimir Putin telah menandatangani dekrit pada Selasa (27/12) yang melarang ekspor minyak mentah maupun hasil olahan produk minyak mulai 1 Februari 2023 hingga lima bulan ke depan, atau sampai 1 Juli 2023.
Larangan ekspor ini ditujukan kepada negara-negara yang mendukung kebijakan pembatasan harga minyak yang ditetapkan kelompok G7 yang tergabung di dalam EU seperti Prancis, Jerman, Italia dan Inggris bersama Australia.
Dekrit yang diteken oleh Putin diterbitkan di situs web Kremlin merupakan respons terhadap kebijakan batas harga yang disebut sebagai "tindakan yang tidak bersahabat dan bertentangan dengan hukum internasional oleh Amerika Serikat dan negara asing serta organisasi internasional pendukungnya."
"Pengiriman minyak dan produk minyak Rusia ke entitas dan individu asing dilarang, dengan syarat bahwa dalam kontrak untuk pasokan ini, penggunaan mekanisme penetapan harga maksimum secara langsung atau tidak langsung dipertimbangkan," tulis keputusan tersebut seperti dikutip Reuters pada Rabu (28/12/2022).
"Larangan yang ditetapkan berlaku untuk semua tahap pasokan hingga pembeli akhir. Ini mulai berlaku pada 1 Februari 2023, dan berlaku hingga 1 Juli 2023," tulis dekrit tersebut yang juga mencakup klausul yang memungkinkan Putin membatalkan larangan tersebut dalam kasus-kasus khusus.
Lewat dekrit tersebut, Rusia bakal melarang ekspor minyak mentah mulai 1 Februari, tetapi tanggal larangan hasil produk minyak akan ditentukan oleh pemerintah Rusia dan bisa jadi setelah 1 Februari.