Permintaan Global Tinggi, Ekspor Batu Bara 2023 Ditargetkan Naik 4,2%
Kementerian ESDM menargetkan ekspor batu bara tahun ini dapat mencapai 518 juta ton, naik 4,2% dibandingkan realisasi tahun sebelumnya sebesar 497 juta ton. Adapun produksi batu bara ditargetkan sebesar 695 juta ton yang artinya alokasi untuk ekspor mencapai 74,5%.
Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan peningkatan target ekspor batu bara tahun ini berangkat dari pengamatan pemerintah yang masih melihat potensi permintaan energi yang tinggi dari sejumlah negara atau pasar potensial. Menurutnya pemeritah akan meraih keuntungan dari harga batu bara yang masih tinggi tahun ini.
Faktor global yang memengaruhi yakni belum meredanya konflik antara Rusia-Ukraina serta langkah Cina yang ulai melonggarkan kebijakan nol Covid-19 dengan kembali membuka aktivitas perdagangan dan pergerakan masyarakat.
“Harga batu bara masih cukup baik di 2023 disebabkan masalah permintaan energi global yang masih butuh batu bara," kata Arifin saat menyampaikan Capaian Kinerja Sektor ESDM Tahun 2022 dan Target Tahun 2023 di Kantornya pada Senin (30/1).
Plh Direktur Jenderal Mineral dan Batu bara Kementerian ESDM, Muhammad Idris Froyoto Sihite, menyampaikan bahwa ekspor batu bara Indonesia masih menyasar pada sejumlah negara Asia seperti Cina, India, hingga Jepang. Selain itu, Idris juga mengatakan pembeli batu bara RI juga berasal dari sebagian kecil negara Eropa.
"Cina, India, Filipina, Thailand, Korea Selatan, sampai Jepang. Kalau eropa angkanya sedikit," kata Idris, di forum yang sama.
Peningkatan target ekspor batu bara tahun ini dinilai wajar karena mayoritas negara di dunia masih membutuhkan pasokan energi batu bara sebagai alternatif dari terbatasnya pasokan gas dan minyak bumi.
"Normal sebenarnya mengingat jika kegiatan ekonomi meningkat, maka akan ada peningkatan kebutuhan energi dari berbagai sektor," ujarnya.
Tujuan Utama Ekspor Batu Bara Indonesia
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa wilayah Asia masih menjadi tujuan utama atau pasar potensial bagi para pelaku usaha batu bara RI.
India tercatat sebagai eksportir terbesar batu bara RI sepanjang tahun 2022 dengan total volume pembelian sebanyak 110,15 juta ton. Pengiriman batu bara ke India membukukan nilai transaksi sebesar US$ 10,58 miliar atau sekira Rp 159,96 triliun.
Adapun volume ekspor batu bara RI ke India naik 55,63% secara tahunan dari sebelumnya di angka 70,77 juta ton. Torehan tersebut sekaligus menggeser Cina ke posisi dua setelah tahun lalu menjadi pengekspor batu bara RI terbanyak dengan volume 108,48 juta ton.
Sementara itu, volume ekspor Cina sepanjang Januari-Desember 2022 berada di angka 69,69 juta ton atau turun 35,76% dari tahun sebelumnya. Nilai ekspor batu bara RI ke Cina tahun 2022 mencapai US$ 7,8 miliar atau sekitar Rp 117,93 triliun.
Selain India dan Cina, ekspor batu bara RI sepanjang 2022 juga mengalir ke sejumlah negara tetangga seperti Filipina dan Malaysia. Besaran ekspor ke masing-masing negara mencapai 30,86 juta ton dan 25,22 juta ton. Tak seperti pergerakan ekspor Cina dan India yang berubah tajam, ekspor ke Filipina dan Malaysia cenderung ajek.
Volume ekspor dua negara pada tahun 2021 beda tipis, yakni dengan volume masing-masing 30,08 juta ton dan 25,49 juta ton. Negeri Gajah Putih Thailand juga termasuk konsumen batu bara RI lewat pembelian pembelian sebesar 15,33 juta ton sepanjang tahun 2022, dengan nilai US$ 1,52 miliar.
Negeri Asia Timur seperti Korea Selatan juga menjadi pasar potensial para pelaku usaha batu bara domestik. Negeri Gingseng tercatat melakukan pembelian batu bara sebanyak 25,88 juta ton sepanjang musim 2022 dengan nilai mencapai US$ 2,84 miliar.
Secara berturut-turut, Taiwan dan Hongkong juga menjadi negara pengekspor batu bara RI dengan besaran volume masing-masing 18,24 juta ton dan 5,17 juta ton.