OPEC Kerek Prospek Permintaan Cina, Harga Minyak Bangkit Lebih dari 1%
Harga minyak bangkit lebih dari 1% pada Rabu (15/3), setelah merosot lebih dari 4% tertekan sentimen gagalnya tiga bank besar di Amerika Serikat (AS), salah satunya Silicon Valley Bank (SVB). Bangkitnya harga didorong langkah OPEC merevisi ke atas propek permintaan energi Cina.
Minyak mentah Brent naik US$ 1,04 atau 1,3% menjadi US$ 78,49 per barel. Sementara minyak West Texas Intermediate (WTI) naik 98 sen atau 1,4% menjadi US$ 72,31 per barel. Pada Selasa (14/3), harga kedua minyak acuan global tersebut merosot lebih dari 4% ke level terendahnya dalam tiga bulan.
“Pasar minyak telah bangkit kembali dengan sendirinya setelah penurunan tajam baru-baru ini,” kata analis di Fujitomi Securities Co Ltd, Toshitaka Tazawa, seperti dikutip Reuters. Ia, menambahkan beberapa investor telah menggunakan penurunan tersebut untuk berburu barang murah.
“Peningkatan OPEC dalam prospek permintaan minyak Cina juga memberikan dukungan, meskipun investor masih khawatir atas krisis keuangan yang mengalir setelah keruntuhan bank-bank AS baru-baru ini,” katanya sembari menambahkan bahwa pasar mengantisipasi apakah WTI bisa bertahan di atas US$ 70 per barel.
OPEC menaikkan perkiraannya untuk pertumbuhan permintaan minyak Cina tahun ini karena pelonggaran pembatasan Covid-19 di negara tersebut. Meskipun hal itu membuat total permintaan global tetap stabil, mengutip potensi risiko penurunan pertumbuhan dunia.
Kilang Cina memproses 3,3% lebih banyak minyak mentah dalam dua bulan pertama 2023 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini didorong oleh kebijakan ekspor bahan bakar dan pemrosesan kilang independen karena pencabutan pembatasan Covid-19 yang menyebabkan peningkatan margin untuk bahan bakar transportasi .
Manajer portofolio senior di 8VantEdge yang berbasis di Singapura, Stefano Grasso, mengatakan bahwa pemulihan permintaan Cina menjadi sentimen bullish untuk harga minyak.
“Konsensusnya adalah keseimbangan penawaran-permintaan minyak akan mengetat di paruh kedua, didorong oleh rebound Cina, kecuali resesi global yang parah melanda,” tambahnya.
Kegagalan Silicon Valley Bank dan Signature Bank memicu kekhawatiran tentangkegagalan yang sama dapat merembet ke bank lainnya menyusul kenaikan tajam suku bunga Federal Reserve AS selama setahun terakhir.
Itu juga memicu spekulasi tentang apakah bank sentral dapat memperlambat laju pengetatan moneternya. Sementara itu data inflasi AS sejalan dengan ekspektasi, memperkuat taruhan pada kenaikan suku bunga yang lebih kecil oleh Fed pada pertemuan minggu depan.
Persediaan minyak mentah AS naik sekitar 1,2 juta barel dalam pekan yang berakhir 10 Maret, sejalan dengan jajak pendapat Reuters, sementara stok bahan bakar turun, menurut sumber pasar mengutip angka American Petroleum Institute pada hari Selasa.
Di sisi pasokan, menteri energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman mengatakan kepada Energy Intelligence pada hari Selasa bahwa aliansi OPEC+, akan tetap berpegang pada pengurangan produksi sebesar 2 juta barel per hari yang disepakati pada bulan Oktober hingga akhir 2023.