Untung Besar dari Perang Rusia-Ukraina, Ekspor Minyak AS Melonjak 22%
Ekspor minyak mentah Amerika Serikat (AS) mencapai rekor tertinggi pada 2022 seiring melonjaknya permintaan dari Eropa yang ingin meninggalkan pasokan energi dari Rusia. Permintaan dari Eropa tercatat melonjak hingga 41% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Menurut data Energy Information Administration (EIA), ekspor minyak mentah AS naik 22% pada 2022 menjadi 3,6 juta barel per hari (bph) karena permintaan yang lebih tinggi dari Eropa, mengimbangi ekspor yang lebih rendah ke India dan Cina.
Dua negara Asia tersebut diketahui menjadi pembeli terbesar minyak mentah Rusia setelah negara-negara barat menerapkan embargo sebagai sanksi atas perang di Ukraina.
Produksi minyak mentah AS pada 2022 naik 629 ribu bph atau 5,6% menjadi 11,9 juta bph, atau masih di bawah rekor tertinggi 12,3 juta bph pada 2019.
Namun jika dikombinasikan dengan pelepasan 607 ribu bph cadangan minyak strategis tahun lalu, total pasokan minyak AS ke pasar mencapai 12,5 juta bph, melampaui 12,4 juta bph yang dipasok pada 2019.
“Dalam beberapa tahun terakhir produksi minyak mentah AS yang baru sebagian besar adalah minyak mentah ringan dan rendah sulfur yang tidak dioptimalkan oleh kilang-kilang di AS untuk diproses lebih lanjut tulis laporan EIA, dikutip dari Reuters, Kamis (16/3).
Sebagai gantinya, pasokan minyak mentah tersebut diekspor ke Asia dan Eropa. Korea Selatan, Belanda, Inggris, dan Kanada menjadi tujuan utamanya. Sementara pembeli Eropa meningkatkan pembelian mereka hingga sebesar 41% dibandingkan 2021 untuk menggantikan pasokan Rusia.
“Sanksi Uni Eropa yang diterapkan pada Desember 2022 yang melarang semua impor minyak Rusia ke Eropa melalui jalur laut memungkinkan peningkatan permintaan minyak mentah AS akan berlanjut tahun ini,” kata EIA.
Sementara itu, ekspor ke India dan Cina, yang telah membeli minyak murah Rusia dengan harga diskon, secara kolektif turun 19% tahun ini, dengan Cina juga mengalami penurunan permintaan domestik.
Ekspor minyak mentah AS yang telah didorong oleh perombakan arus perdagangan setelah invasi Rusia ke Ukraina akan tetap meningkat tahun ini karena Eropa dan Asia mencari pasokan.
Sebaliknya, menurut data S&P Global Commodities, ekspor minyak mentah Rusia sempat merosot setelah Eropa menerapkan embargo dan negara-negara G7 menetapkan batas harga. Namun pasar dengan cepat menyesuaikan dalam beberapa bulan, karena Rusia menemukan pelanggan baru.