Pertamina Kejar Proyek Kilang untuk Penuhi Konsumsi BBM 1,5 Juta Barel
Langkah pemerintah untuk memasifkan populasi kendaraan listrik lewat mekanisme insentif tak serta merta mengurangi permintaan bahan bakar minyak secara signifikan. Konsumsi BBM domestik diproyeksikan masih berada di angka 1,5 juta barel per hari (bph) pada 2030. Angka tersebut diperoleh berdasarkan Rencana Umum Energi Nasional atau RUEN.
Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional Taufik Aditiyawarman, menyampaikan bahwa produksi BBM dalam negeri masih minin sehingga pemerintah masih perlu melakukan impor untuk memenuhi konsumsi BBM harian.
Dia menjelaskan, salah satu upaya yang ditempuh oleh pemerintah untuk menekan impor BBM yakni dengan memperbesar kapasitas pengolahan minyak mentah menjadi BBM di kilang-kilang milik PT Pertamina. Taufik menyebut, saat ini Indonesia masih mengimpor BBM sekitar 45% dari kebutuhan BBM nasional.
"Faktanya dengan kapastias kilang saat ini, dari pengolahan minyak mentah 1,05 juta barel hanya 60% yang bisa dijadikan BBM. Maka saat ini kita masih impor BBM dan minyak mentah," kata Taufik dalam Energy Corner CNBC pada Senin (27/3).
Taufik menyampaikan bahwa perseroan tengah menggarak proyek peningkatan kapasitas produksi BBM dengan melakukan ekspansi kilang atau Refinery Development Master Plan (RDMP) maupun pembangunan kilang baru atau Grass Root Refinery (GRR). Menurut catatan perusahaan, PT Kilang Pertamina Internasional telah menyalurkan 237 juta barel BBM atau setara 55% kebutuhan BBM nasional pada 2022. Peningkatan kapasitas kilang dinilai masih sejalan dengan tingkat permintaan BBM yang masih tinggi.
Lebih lanjut, kata Taufik, periode transisi energi berdampak positif pada peningkatan konsumsi bauran energi baru dan terbarukan (EBT) menjadi 30% dan peningkatan serapan gas menjadi 23%. Angka tersebut menunjukan bahwa kontribusi bahan bakar fosil seperti batu bara dan minyak bumi masih menanggung 47% dari sumber energi nasional.
"Memang dari persentasenya akan turun dari 69% menjadi 47%. Tetapi secara nasional kebutuhan energi NKRI semakin naik ke depannya," ujar Taufik.
Guna menjawab tantangan transisi energi dan permintaan energi rendah emisi, Pertamina juga mengembangkan proyek kilang hijau di Tuban dan Kilang Cilacap untuk memproduksi BBM ramah lingkungan berupa seperti biofuel berbahan dasar minyak kelapa sawit, metaniol hingga amonia.
PT Pertamina menyiapkan investasi atau belanja modal senilai US$ 1 milar atau sekitar Rp 15,2 triliun pada 2023 untuk pengembangan kilang milik perusahaan. Namun mayoritas dana tersebut akan dialokasikan untuk penyelesaian proyek RDMP Kilang Balikpapan yang ditargetkan bisa menjalani tahap pengujian pada 2024.
Wakil Direktur Strategi dan Investasi PT Pertamina Daniel Syahputra Purba, mengatakan besaran porsi pendanaan kilang tahun ini relatif lebih kecil karena proyek New Grass Root Refinery (NGRR) Kilang Tuban yang belum masuk dalam tahap produksi.
Adapun pendanaan yang diperlukan untuk memperluas kapasitas pengolahan Kilang Balikpapan menjadi 360.000 barel per hari mencapai US$ 7,24 miliar.
"Tahun ini alokasi untuk kilang itu kurang lebih US$ 1 miliar, dan yang paling besar sebetulnya untuk Kilang Balikpapan," kata Daniel saat ditemui sepelas acara Energy dan Mining Outlook 2023 CNBC dikutip Jumat (24/2).
Sementara itu, ujar Daniel, pembangunan Kilang Tuban masih dalam tahap penyiapan lahan dan pengurukan. Sehingga perseroan belum melakukan pengadaan barang yang ditujukan secara khusus untuk Kilang Tuban.
"Karena belum mulai konstruksi, invetasi itu akan besar serapannya jika sudah ada konstruksi," ujarnya.
Proyek Kilang Tuban merupakan proyek kerja sama antara PT Pertamina dengan perusahaan Rusia, Rosneft. Kilang ini dibangun dengan kapasitas pengolahan sebesar 300 ribu barel per hari yang akan menghasilkan 30 juta liter BBM per hari untuk jenis gasoline dan diesel. Investasi proyek itu mencapai US$ 3,8 miliar atau sekitar Rp 54,2 triliun.
Pengembangan kilang minyak merupakan proyek stategis nasional (PSN) yang tercantum di dalam Peraturan Presiden RI Nomor 56 Tahun 2018 tentang Percepatan Proyek Strategis Nasional.
Proyek-proyek kilang tersebut yakni perluasan kapasitas Kilang Balongan, ekspansi Kilang Balikpapan, revitalisasi Kilang Cilacap, penambahan kapasitas Kilang Plaju dan perluasan kapasitas Kilang Dumai.